Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DARURAT ASAP, LIBUR SEKOLAH DI RIAU MEMASUKI HARI KE - 28


Akibat kabut asap berkepanjangan di Riau, sampai Jumat (2/10), libur sekolah di Kota Pekanbaru telah memasuki hari ke-28. Kondisi itu sangat merugikan dunia pendidikan, sehingga otoritas pendidikan Riau segera mengambil terobosan membuka sekolah selama dua sampai tiga kali sepekan dengan berbagai penyesuaian atau modifikasi.


KOMPAS/HENDRA A SETYAWANMurid-murid kelas I SD Negeri 6 Palangka, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, mengikuti kegiatan belajar-mengajar sambil menggunakan masker saat hari pertama masuk sekolah setelah diliburkan selama satu bulan akibat kabut asap, Jumat (2/10). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) meningkat tajam. Pada Agustus 2015 penderita ISPA sebanyak 6.764 orang, sedangkan September 2015 mencapai 15.528 orang.
"Mulai Senin depan, kami akan melakukan penyesuaian sekolah yang akan dimulai di Kota Pekanbaru sebagai pilot project. Untuk langkah pertama sekolah dibuka dua kali sepekan. Apabila kesiapan sekolah dan guru semakin baik, akan ditingkatkan menjadi tiga kali sepekan dan dilakukan di seluruh sekolah di Riau," kata Kamsol, Kepala Dinas Pendidikan Riau yang dihubungi di Pekanbaru, Jumat. 

Menurut Kamsol, penyesuaian yang bakal dilakukan sekolah adalah mengubah pola pengajaran yang dilakukan guru. Apabila dalam kondisi normal seorang guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, dalam kondisi bencana asap, satu kelas dapat diisi oleh dua sampai empat guru sekaligus. Guru-guru itu akan memberikan modul pelajaran kepada murid untuk dikerjakan. 

"Apabila murid memerlukan penjelasan, guru akan membantu untuk memudahkan penyerapan materinya. Pola ini sebenarnya merupakan metoda belajar pada masa lalu," kata Kamsol.

Persyaratan lainnya, murid-murid diminta memakai masker dalam kelas dengan pengawasan guru. Adapun pihak puskesmas kecamatan diminta melakukan patroli kesehatan dengan mobil keliling untuk mengantisipasi munculnya gangguan kesehatan murid yang sekolah di tengah asap. 

Menurut Kamsol, libur panjang tidak terjadwal berdasarkan kajian psikologi juga membuat kejiwaan anak didik terganggu. Oleh karena itu, kegiatan sekolah harus dilaksanakan dengan berbagai modifikasi untuk meringankan dampak kesehatan. Bagaimanapun, dalam kondisi dikelilingi asap, di rumah ataupun sekolah, murid-murid tetap akan terpapar asap. 

Cara luar biasa
Mantan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Pekanbaru, Zakiman, mengungkapkan, upaya sekolah menghadapi bencana asap memang harus diatasi dengan cara luar biasa. Diperlukan semangat lebih, perhatian lebih, sinergi murid dan orangtua, dan upaya yang lebih besar. Bahkan, dinas pendidikan yang mewakili pemerintah mesti membuat regulasi permanen tentang kegiatan sekolah diwaktu bencana asap.
content
"Tidak ada yang menjamin bahwa bencana asap ini tidak akan terulang lagi pada tahun depan. Tidak mungkin setiap bencana anak sekolah harus libur. Regulasi permanen harus dibuat. Dituntut keseriusan pemerintah untuk membantu perlengkapan murid di waktu bencana asap," kata Zakiman. 

Untuk membantu mengurangi dampak asap, tambah Zakiman, seluruh murid mesti memakai masker. Ruang sekolah ditutup lebih rapat, kegiatan belajar di luar ruang dihentikan, unit kesehatan sekolah dihidupkan, dan disediakan tabung oksigen untuk tindakan pertama di saat ada murid sakit akibat serangan asap. 

Ketua PGRI Pekanbaru Defi Warman mengungkapkan, hari efektif tatap muka pada semester ganjil 2015 tersisa 98 hari. Apabila kegiatan belajar sekolah terus dihentikan, jadwal libur dapat bertambah sampai 52 hari, mengingat sepanjang Oktober kondisi kemarau mencapai puncaknya. 

"Selama ini, pola pembelajaran memang masih terpusat pada guru. Libur telah membuat dua sampai tiga kompetensi dasar terganggu. Ujian tengah semester yang semestinya dilangsungkan pada 28 September tidak dapat dilaksanakan. Materi ajar tidak tercapai," kata Defi.

Menurut Defi, kebijakan libur dengan memberikan tugas belajar kepada murid berjalan tidak optimal. Anak didik mengeluhkan tugas yang sangat banyak, sementara guru mengeluh materi yang diberikan tidak dikerjakan dengan alasan murid tidak mengerti persoalan yang ditugaskan. 

"Itu dilema yang kita alami dalam dunia pendidikan. Sekolah membuat kebijakan libur agar murid terlindungi dari asap. Namun, orangtua, terutama dari kalangan menengah ke bawah mengeluh karena anaknya justru bermain di luar rumah. Pemantauan murid yang mengerjakan tugas sekolah juga sulit. Kondisi ini sangat merugikan buat anak sekolah yang sedang menghadapi ujian akhir, seperti kelas VI SD dan kelas III SMP dan SMA," kata Defi.

TK di Agam libur

Adid (60),  pengumpul plastik bekas, saat berada di Dermaga Rambang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang terselimuti kabut asap tebal, Jumat (2/10). Jarak pandang di Kota Palangkaraya akibat kabut asap pada pagi hari  100-200 meter dan  siang hari 150-300 meter.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWANAdid (60), pengumpul plastik bekas, saat berada di Dermaga Rambang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang terselimuti kabut asap tebal, Jumat (2/10). Jarak pandang di Kota Palangkaraya akibat kabut asap pada pagi hari 100-200 meter dan siang hari 150-300 meter.
Akibat kabut asap pula, murid taman kanak-kanak (TK) di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, diliburkan karena kondisi udara di wilayah tersebut berada di level tidak sehat sejak Kamis kemarin.

"Pemerintah Kabupaten Agam mengambil keputusan untuk meliburkan murid TK karena kondisi udara yang semakin buruk," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Agam, Isra, saat dikonfirmasi dari Padang, Jumat.
Ia mengatakan, peliburan siswa TK ini sampai batas waktu yang belum ditetapkan pemerintah.

"Kami akan menunggu hingga kondisi udara kembali stabil karena kesehatan anak-anak harus menjadi prioritas," katanya.

Ia mengatakan, apabila indeks standar pencemar udara (ISPU) di Agam tidak berubah pada hari berikutnya, maka peliburan siswa juga akan berlaku pada sekolah dasar dan menengah.

Selain itu, Dinas Pendidikan Agam juga akan mencari solusi agar target dalam proses belajar mengajar (PBM) dapat tercapai walaupun kabut asap.
"Tidak menutup kemungkinan jika nanti PBM akan tetap dijalankan, namun disiasati dengan pelajar masuk agak siang, karena biasanya kualitas udara cenderung buruk di pagi hari dan membaik menjelang siang," ujarnya.

Laporan kondisi udara dari monitoring PM10 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) GAW Kototabang, Agam, pada Jumat ini mulai membaik.

Pemerintah Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, kembali meliburkan sekolah mulai 1 hingga 3 Oktober akibat kabut asap kian pekat mencemari udara.

Sekretaris Daerah Kota Payakumbuh, Benni Warlis, di Payakumbuh, Rabu, mengatakan, pelajar yang diliburkan itu adalah murid TK hingga kelas III SD, sementara kelas IV sampai tingkat SMA sekolah seperti biasa.

"Kebijakan meliburkan sebagian sekolah itu, diputuskan melalui rapat koordinasi bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait," ujarnya.

Rapat koordinasi yang dilaksanakan pada Rabu (30/9) tersebut diikuti oleh Asisten I, Yoherman, Kepala Dinas Pendidikan Hasan Basri, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yufnani Awai, Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Syamsurial, dan perwakilan dari dinas kesehatan.

Kepala KLH Syamsurial mengatakan, ISPU di kota tersebut masih di bawah 190 atau belum kategori berbahaya

"Kebijakan meliburkan pelajar untuk mengantisipasi terserang infeksi saluran pernapasan akut, terutama bagi anak-anak yang mudah terkena penyakit tersebut," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Hasan Basri mengintruksikan para guru untuk memberikan tugas kepada para pelajar selama mereka libur. Menurut dia, hal itu bertujuan agar tidak banyak tertinggal pelajaran mereka akibat diliburkan. 


Sumber :kompas.com