'CURHAT' SUKU ANAK DALAM KEPADA PRESIDEN JOKOWI
![]() |
Presiden Joko Widodo atau Jokowi berdialog dengan Suku Anak Dalam di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, Jumat, 30 Oktober 2015. Dok. Tim Komunikasi Presiden |
Jambi - Warga suku Anak
Dalam atau lebih dikenal dengan sebutan orang rimba yang bermukim di
Taman Nasional Bukit Duabelas pada Jumat kemarin mendapat kunjungan
Presiden Joko Widodo. Dalam kesempatan itu, warga marginal itu meminta
Presiden membantu jaringan listrik.
"Saat berdialog dengan Presiden kemarin, kami meminta bantuan agar pemerintah membantu memasang jaringan listrik dan dibuat sumur di lokasi 15 unit rumah di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
"Saat berdialog dengan Presiden kemarin, kami meminta bantuan agar pemerintah membantu memasang jaringan listrik dan dibuat sumur di lokasi 15 unit rumah di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
Dibangun
pemerintah untuk kami tinggal sejak 2004," kata ketua kelompok orang
rimba, Temenggung Grip, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Menurut Temenggung Grip, rumah-rumah milik suku Anak Dalam jarang sekali ditempati karena tidak ada sumur dan jauh dari sumber air bersih, apalagi penerangan. "Untuk apa kami tempati, sementara kami memang kebiasaan hidup selalu berpindah-pindah (nomaden)," ujarnya.
Selama ini, rumah-rumah tersebut hanya dijadikan sebagai tempat singgah orang rimba saat mereka keluar dari kawasan hutan untuk menjual hasil hutan, seperti rotan dan getah jernang.
"Jika dilengkapi fasilitas memadai, rumah-rumah itu bisa kami tempati, termasuk tempat mengungsi saat kabut asap seperti sekarang ini," tuturnya.
Presiden Jokowi ketika itu, kata dia, langsung memerintahkan para menteri terkait untuk memenuhi permintaan orang rimba. "Kami menunggu janji Presiden tersebut. Dalam kesempatan itu juga, Presiden memberi kami Kartu Indonesia Sehat untuk berobat gratis," kata Temenggung Grip.
Ketua Adat Suku Anak Dalam yang bermukim di daerah Kedudung Muda--masih dalam kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas--Mangku Basemen mengaku dia dan warga lain sudah dua pekan ini keluar rimba karena asap pekat yang mengepung rimba.
"Akibat kabut asap ini, banyak warga kami yang mengalami gangguan kesehatan, seperti batuk, flu, dan gangguan pencernaan, terutama dialami para balita," ucap Mangku Basemen,
Pada hari yang sama, warga suku Anak Dalam yang telah dievakuasi Komunitas Konservasi Indonesia Warsi di rumah penampungan. Mereka sempat dikunjungi dan berdialog dengan Menteri Sosial Kofifah Indar Parawansa.
Diakui Mangku Basemen, Menteri Sosial telah berjanji akan membantu orang rimba untuk pemulihan kebun mereka yang terbakar dengan bantuan bibit karet dan tanaman hutan yang dibutuhkan.
Menurut Temenggung Grip, rumah-rumah milik suku Anak Dalam jarang sekali ditempati karena tidak ada sumur dan jauh dari sumber air bersih, apalagi penerangan. "Untuk apa kami tempati, sementara kami memang kebiasaan hidup selalu berpindah-pindah (nomaden)," ujarnya.
Selama ini, rumah-rumah tersebut hanya dijadikan sebagai tempat singgah orang rimba saat mereka keluar dari kawasan hutan untuk menjual hasil hutan, seperti rotan dan getah jernang.
"Jika dilengkapi fasilitas memadai, rumah-rumah itu bisa kami tempati, termasuk tempat mengungsi saat kabut asap seperti sekarang ini," tuturnya.
Presiden Jokowi ketika itu, kata dia, langsung memerintahkan para menteri terkait untuk memenuhi permintaan orang rimba. "Kami menunggu janji Presiden tersebut. Dalam kesempatan itu juga, Presiden memberi kami Kartu Indonesia Sehat untuk berobat gratis," kata Temenggung Grip.
Ketua Adat Suku Anak Dalam yang bermukim di daerah Kedudung Muda--masih dalam kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas--Mangku Basemen mengaku dia dan warga lain sudah dua pekan ini keluar rimba karena asap pekat yang mengepung rimba.
"Akibat kabut asap ini, banyak warga kami yang mengalami gangguan kesehatan, seperti batuk, flu, dan gangguan pencernaan, terutama dialami para balita," ucap Mangku Basemen,
Pada hari yang sama, warga suku Anak Dalam yang telah dievakuasi Komunitas Konservasi Indonesia Warsi di rumah penampungan. Mereka sempat dikunjungi dan berdialog dengan Menteri Sosial Kofifah Indar Parawansa.
Diakui Mangku Basemen, Menteri Sosial telah berjanji akan membantu orang rimba untuk pemulihan kebun mereka yang terbakar dengan bantuan bibit karet dan tanaman hutan yang dibutuhkan.
Sedangkan anak-anak akan dibantu mendapatkan pendidikan
lebih lanjut dengan bantuan Kartu Indonesia Pintar.
Baik Presiden maupun Menteri Sosial, ujar Manager Komunikasi KKI Warsi Rudy Syaf, orang rimba wajib dibantu karena mereka juga merupakan warga negara Indonesia.
"Kami setuju saja jika pemerintah sudah memberikan perhatian serius terhadap mereka. Kami sudah mendampingi mereka sejak 2002, jadi tahu persis apa yang mereka inginkan," ucap Rudy Syaf.
Warga suku Anak Dalam yang tinggal dan menggantungkan hidup di dalam hutan Taman Nasional Bukit Duabelas sebanyak 1.700 jiwa. Mereka terpencar dan terbagi dalam beberapa kelompok.
Baik Presiden maupun Menteri Sosial, ujar Manager Komunikasi KKI Warsi Rudy Syaf, orang rimba wajib dibantu karena mereka juga merupakan warga negara Indonesia.
"Kami setuju saja jika pemerintah sudah memberikan perhatian serius terhadap mereka. Kami sudah mendampingi mereka sejak 2002, jadi tahu persis apa yang mereka inginkan," ucap Rudy Syaf.
Warga suku Anak Dalam yang tinggal dan menggantungkan hidup di dalam hutan Taman Nasional Bukit Duabelas sebanyak 1.700 jiwa. Mereka terpencar dan terbagi dalam beberapa kelompok.
Sumber: tempo.co