MENKEU: THE FED TAHAN SUKU BUNGA, SPEKULASI BERLANJUT

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
Jakarta, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro
memprediksi akan terjadi banyak spekulasi menyusul putusan keputusan
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang
menahan suku bunga acuannya (The Fed Fund Rate) di kisaran 0 persen sampai 0,25 persen.
Oleh karenanya, Bambang meyakini akan marak terjadi aksi profit taking (ambil untung) yang dilakukan pelaku keuangan dalam beberapa waktu ke depan, menunggu putusan The Fed terbaru .
"Di samping itu tentunya kita harus tetap menjaga kondisi
perekonomian kita, karena dengan belum ada kenaikan tingkat bunga AS yg
terjadi adalah akan terus terjadi spekulasi antara mata uang dolar
dengab semua mata uang negara di dunia khususnya mata uang emerging
market termasuk Indonesia," ujar Bambang saat memberi keterangan pers di
Batam, Jumat (19/9).
Seperti yang diketahui, dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung Jumat dini hari (17/9) tadi, sembilan dari 10 anggota komite memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Kesembilan peserta FOMC tadi meliputi Janet L. Yellen; William C. Dudley; Lael Brainard; Charles L. Evans; Stanley Fischer; Dennis Lockhart P; Jerome H. Powell; Daniel K. Tarullo; dan John C. Williams. Hanya Jeffrey M. Lacker yang mengusulkan kenaikan The Fed fund rate sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini.
Yang menarik, di tengah putusan tersebut Yellen mengatakan pihaknya masih membuka segala kemungkinan termasuk putusan penaikan suku bunga pada medio Oktober dan Desember.
Meski demikian Bambang meyakini penaikan suku bunga The Fed tak akan berdampak besar pada perekonomian dalam negeri lantaran kondisi fundamental Indonesia masih dalam posisi yang baik.
Hal ini tercemin dari kondisi sektor keuangan yang sampai saat ini masih solid sehingga masih kuat menahan goncangan terjadi di luar.
Seperti yang diketahui, dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung Jumat dini hari (17/9) tadi, sembilan dari 10 anggota komite memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Kesembilan peserta FOMC tadi meliputi Janet L. Yellen; William C. Dudley; Lael Brainard; Charles L. Evans; Stanley Fischer; Dennis Lockhart P; Jerome H. Powell; Daniel K. Tarullo; dan John C. Williams. Hanya Jeffrey M. Lacker yang mengusulkan kenaikan The Fed fund rate sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini.
Yang menarik, di tengah putusan tersebut Yellen mengatakan pihaknya masih membuka segala kemungkinan termasuk putusan penaikan suku bunga pada medio Oktober dan Desember.
Meski demikian Bambang meyakini penaikan suku bunga The Fed tak akan berdampak besar pada perekonomian dalam negeri lantaran kondisi fundamental Indonesia masih dalam posisi yang baik.
Hal ini tercemin dari kondisi sektor keuangan yang sampai saat ini masih solid sehingga masih kuat menahan goncangan terjadi di luar.
"Artinya kalaupun itu dinaikkan sebenarnya kondisi hari
ini kondisi seolah-olah sudah naik. Jadi sebenarnya kalaupun nanti
naik, ekonomi kita sudah punya daya tahan yang cukup baik," ungkapnya.
Perkuat Koordinasi
|
Berangkat dari hal tersebut Bambang menegaskan pemerintah
bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus
berkoordinasi guna menjaga stabilitas ekonomi makro dan keuangan di
tengah ketidakpastian yang ditimbulkan The Fed.
Langkah ini dilakukan agar Indonesia dapat melewati masa-masa yang tak mudah dalam beberapa waktu kedepan.
"Kita akan terus jaga agar posisi nilai tukar bisa cerminkan
kondisi yg menjadi ketahanan ekonomi Indonesia, kita terus berupaya dari
waktu ke waktu dengan berbagai instrumen untuk bisa perbaiki nilai
tukar tersebut," tandas mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
tersebut.
Sumber: cnnindonesia.com
Gambar: Google