SULIT DIHUBUNGI
Ayat bacaan: 1 Samuel 3:10
"Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang
sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab
hamba-Mu ini mendengar."
Perkembangan
teknologi membuat orang bisa terhubung satu sama lain dengan semakin
mudah meskipun dipisahkan oleh jarak yang jauh. Dengan telepon genggam
kita bisa dihubungi dan menghubungi kapan saja, tidak seperti dulu
ketika kita harus berada di rumah, kantor dan sebagainya yang artinya
berada dekat dengan pesawat telepon yang terpasang disana.
Pesan singkat
atau SMS pun merupakan sistem yang murah meriah untuk digunakan. Adanya
jenis-jenis gadget yang lebih pintar seperti Blackberry membuat
penggunanya lebih mudah lagi berinteraksi satu sama lain.
Hanya dengan
bertukar pin, kita pun bisa berhubungan tanpa biaya. Begitu mudah,
begitu murah. Tetapi untuk bisa terhubung dengan orang yang kita tuju
tetap tergantung dari kesediaan pihak kedua untuk menerima dan membalas
kontak kita kepada mereka.
Sebab meski teknologi memungkinkan, jika
orang yang dihubungi tidak mau mengangkat teleponnya atau tidak membalas
pesan kita, maka tidak akan ada hubungan yang tersambung. Ada banyak
orang yang mungkin terlalu sibuk sehingga tidak mau membalas sambungan
yang masuk kepadanya.
Ada yang pilih-pilih, ada pula yang enggan
diganggu. Telepon setiap saat bisa diletakkan pada posisi silent
atau dimatikan total sehingga hubungan dengan kontak-kontak dalam
telepon seluler pun terputus. Kita bisa berbicara kepada mereka, namun
semua tergantung dari mereka apakah mereka bisa dihubungi dan berkenan
merespon atau tidak.
Percayakah anda bahwa Tuhan selalu rindu untuk menghubungi anda? Tuhan selalu rindu untuk berbicara, baik untuk mengingatkan, meneguhkan, menyampaikan pesan dan tentu saja menyatakan kasihNya kepada kita.
Tetapi semua tergantung sikap hati kita, apakah kita bisa dihubungi atau hati kita tengah berada pada posisi "silent" yang artinya tidak memberi respon terhadap suara Tuhan.
Percayakah anda bahwa Tuhan selalu rindu untuk menghubungi anda? Tuhan selalu rindu untuk berbicara, baik untuk mengingatkan, meneguhkan, menyampaikan pesan dan tentu saja menyatakan kasihNya kepada kita.
Tetapi semua tergantung sikap hati kita, apakah kita bisa dihubungi atau hati kita tengah berada pada posisi "silent" yang artinya tidak memberi respon terhadap suara Tuhan.
Imam Eli dalam Perjanjian Lama
mengalami hal itu. Sebagai seorang imam seharusnya ia peka mendengar
suara Tuhan. Tetapi pada saat itu dengan jelas Alkitab berkata: "Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak sering."
(1 Samuel 3:1b).
Pada ayat berikutnya dikatakan bahwa Eli matanya mulai
kabur, dan itu bukan hanya mata jasmaninya melainkan juga mata
rohaninya. Keputusannya untuk membiarkan anak-anaknya berbuat dosa,
bertindak lebih seperti preman ketimbang sebagai anak imam yang
terpandang membuatnya kehilangan kemampuan rohaninya.
Maka pada masanya
firman Tuhan pun dikatakan jarang turun. Karena hubungan dengan Eli
terputus, maka Tuhan pun mengalihkan perhatiannya kepada seorang anak
muda yang hatinya bersih, yaitu Samuel. Dan kita bisa melihat
bagaimana reaksi Samuel ketika dihubungi Tuhan.
Pada mulanya Samuel
bingung ketika mendengar panggilan Tuhan karena Firman Tuhan sebelumnya
belum pernah dinyatakan kepadanya. (ay 7).
Tetapi kemudian Samuel merespon. "Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar." (ay 10). Samuel bisa dihubungi, ia membuka diri untuk mendengar, maka hubungan antara Tuhan dan Samuel pun tersambung.
Tetapi kemudian Samuel merespon. "Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar." (ay 10). Samuel bisa dihubungi, ia membuka diri untuk mendengar, maka hubungan antara Tuhan dan Samuel pun tersambung.
Tuhan pun lalu
menyampaikan pesan-pesan yang keras terhadap bangsa Israel terutama
kepada imam Eli dan keluarganya. Dari sepenggal kisah ini kita bisa
melihat bahwa untuk berkomunikasi dengan Tuhan kita harus peka.
Tuhan
selalu rindu untuk berbicara kepada kita, tetapi semua tergantung
kepada kita apakah kita siap untuk mendengar suaraNya, apakah kita dapat
dihubungi atau tidak.
Terlalu sibuk mementingkan pekerjaan dan aktivitas-aktivitas di dunia sering menjadi penghambat utama bagi kita untuk bisa peka mendengar suara Tuhan. Kita tidak lagi mementingkan waktu-waktu khusus untuk bersaat teduh dan berdoa, kalaupun berdoa kita lebih cenderung menyampaikan daftar permintaan dan keluhan ketimbang mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita.
Terlalu sibuk mementingkan pekerjaan dan aktivitas-aktivitas di dunia sering menjadi penghambat utama bagi kita untuk bisa peka mendengar suara Tuhan. Kita tidak lagi mementingkan waktu-waktu khusus untuk bersaat teduh dan berdoa, kalaupun berdoa kita lebih cenderung menyampaikan daftar permintaan dan keluhan ketimbang mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita.
Padahal Yesus sudah memulihkan hubungan yang
terputus antara Tuhan dan ciptaanNya yang istimewa, manusia, sehingga
saat ini kita bisa langsung terhubung dengan Tuhan tanpa harus melalui
perantara lagi seperti halnya pada masa sebelum kedatangan Kristus.
Betapa kita menyia-nyiakan anugerah yang seharusnya kita syukuri.
Selain
itu, dosa-dosa yang masih kita biarkan bercokol dalam diri kita
merupakan penghalang terbesar bagi kita untuk terhubung dengan Tuhan
yang kudus. Membiarkan dan bertoleransi pada dosa pun termasuk di
dalamnya seperti yang terjadi pada imam Eli.
Firman Tuhan berkata: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2).
Firman Tuhan berkata: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2).
Jadi untuk bisa peka, kita harus memastikan bahwa kita tidak lagi
berselimut dosa dan kita pun harus mau membuka hati seluas-luasnya untuk
mendengar suara Tuhan. Itulah yang akan membuat kita bisa dihubungi
Tuhan dengan mudah, mendengar tuntunanNya, peringatanNya, nasihatNya dan
kelembutan kasihNya.
Adalah penting bagi kita untuk bisa mendengar dengan hati yang lembut. Firman Tuhan berkata "Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. " (Lukas 8:18a), lalu ingat juga ayat berikut: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7).
Tuhan selalu rindu untuk berbicara kepada kita.
Adalah penting bagi kita untuk bisa mendengar dengan hati yang lembut. Firman Tuhan berkata "Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. " (Lukas 8:18a), lalu ingat juga ayat berikut: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7).
Tuhan selalu rindu untuk berbicara kepada kita.
Ada
banyak pesan yang ingin Tuhan sampaikan kepada anak-anak yang
dikasihiNya. Tetapi mari kita tanyakan kepada diri kita, dapatkah kita
dihubungi?
Maukah kita merespon setiap panggilan dan teguran Tuhan? Atau kita sudah menjadi tuli akibat dosa, atau malah terlalu sibuk untuk berkomunikasi dengan Tuhan?
Maukah kita merespon setiap panggilan dan teguran Tuhan? Atau kita sudah menjadi tuli akibat dosa, atau malah terlalu sibuk untuk berkomunikasi dengan Tuhan?
Apakah kita mau menanggapi langsung hubungan
Tuhan atau kita terus menunda-nunda dan menolaknya? Mari buka hati kita
hari ini, lembutkanlah, dan pekalah terhadap suara Tuhan.
Jadilah seperti Samuel dan berkatalah, "berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar." Dia sedang menanti anda untuk mendengarNya saat ini.
Jadilah seperti Samuel dan berkatalah, "berbicaralah Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar." Dia sedang menanti anda untuk mendengarNya saat ini.
untuk mendengar suara Tuhan
Sumber: renunganharianonline.com
Gambar: Google