BERSAHABAT DENGAN TUHAN

Ayat bacaan: Yohanes 15:14
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."
Perlukah sosok seorang sahabat dalam hidup kita? Rasanya mayoritas jawaban adalah ya. Teman mungkin bisa banyak, namun yang memenuhi kategori sahabat biasanya sedikit. Untuk mencapai status sahabat biasanya butuh waktu yang cukup panjang.
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."
Perlukah sosok seorang sahabat dalam hidup kita? Rasanya mayoritas jawaban adalah ya. Teman mungkin bisa banyak, namun yang memenuhi kategori sahabat biasanya sedikit. Untuk mencapai status sahabat biasanya butuh waktu yang cukup panjang.
Dalam prosesnya biasanya akan terlihat siapa
yang benar-benar peduli pada kita, tetap berada dekat dengan kita di
saat kita sedang berada dalam permasalahan. Bukan hanya dalam suka, tapi
dalam duka pun mereka selalu siap hadir memberikan bantuan, mendukung
kita tanpa pamrih.
Sahabat adalah orang yang biasanya kita datangi
pertama kali ketika kita butuh masukan atau nasihat, karena kepada
mereka biasanya kepada mereka kita tidak perlu menutup-nutupi sesuatu,
karena mereka adalah orang-orang yang biasanya paling dipercaya. Maka
hidup dengan sahabat dan tanpa sahabat akan sahabat akan begitu terasa
bedanya.
Jika bersahabat dengan manusia saja sudah begitu terasa bedanya,
bagaimana jika kita bisa bersahabat dengan Tuhan? Tentu luar biasa
bukan?
Ketika manusia yang punya kelemahan saja bisa membuat sebuah
perbedaan, apalagi Tuhan yang sungguh besar kasih setiaNya.
Apakah kita bisa menjadi sahabat Tuhan?
Jawabannya adalah bisa.
Alkitab mencatat kualitas hubungan antara Tuhan dengan beberapa nabi. Misalnya dengan Musa: "Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya;
kemudian kembalilah ia ke perkemahan." (Keluaran 33:11a). Kedekatan
Musa dengan Tuhan begitu erat, sehingga kepada Musa, Tuhan berfirman
"Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di
hadapan-Ku." (ay 12).
Lalu mari kita lihat Abraham, bapa orang beriman. Dalam kitab 2 Tawarikh kita mendapati demikian: "Bukankah Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel, dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu itu, untuk selama-lamanya?"
(2 Tawarikh 20:7).
Abraham dikatakan sebagai sahabat Tuhan! Kita tahu
apa janji Tuhan kepada Abraham dan bagaimana hebatnya Tuhan
memberkatinya.
Penghargaan kepada sahabat ditunjukkan Tuhan dengan jelas
kepada Abraham. Ketika Tuhan memutuskan untuk memusnahkan Sodom, Tuhan
ternyata tidak sanggup menyembunyikan rencanaNya kepada Abraham
sahabatNya. "Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?"
(Kejadian 18:17).
Jika sosok manusia saja tidak mampu atau tidak mau
menutupi sesuatu kepada sahabatnya, Tuhan pun demikian menghargai arti
sebuah persahabatan. Ada beberapa tokoh Alkitab lainnya yang disebutkan
bergaul karib dengan Tuhan, dan kita pun melihat bagaimana Tuhan
menghargai persahabatan dengan orang-orang yang mampu memenuhi kriteria
untuk menjadi sosok sahabat di mataNya.
Dari sosok Musa dan Abraham kita bisa belajar untuk bisa menjadi sahabat Tuhan. Kita tahu bagaimana sosok Musa dan Abraham dan iman mereka, dan itu membuat Tuhan berkenan kepada mereka. Mengenal mereka, dan menjadikan mereka sahabat. Daud memberikan sebuah pernyataan kepada siapa Tuhan mau bersahabat. "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Dari sosok Musa dan Abraham kita bisa belajar untuk bisa menjadi sahabat Tuhan. Kita tahu bagaimana sosok Musa dan Abraham dan iman mereka, dan itu membuat Tuhan berkenan kepada mereka. Mengenal mereka, dan menjadikan mereka sahabat. Daud memberikan sebuah pernyataan kepada siapa Tuhan mau bersahabat. "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Tidak saja bergaul karib, tapi Tuhan pun menghargai
persahabatan dengan tidak menyembunyikan perjanjianNya. Yesus sendiri
mengulangi hal ini kepada murid-muridNya ketika ia menyampaikan bahwa
mereka sudah Dia anggap sebagai sahabat. "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."
(Yohanes 15:15).
Lihatlah bahwa Yesus tidak menutupi apapun yang telah
Dia dengar dari Bapa Surgawi kepada sahabat. Tidak hanya kepada para
murid, tapi Yesus pun mengulurkan tangan persahabatan kepada setiap
manusia.
Dan untuk itu, Yesus telah memulainya secara proaktif, dengan
bukti nyata, yaitu dengan mengorbankan diriNya untuk mati di atas kayu
salib demi menebus dosa-dosa kita yang Dia anggap sebagai sahabat. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."
(Yohanes 15:13).
Betapa luar biasanya melihat Tuhan dengan penuh kasih
mengulurkan salam persahabatan kepada manusia, dan betapa keterlaluannya
jika kita menepis itu dan lebih memilih untuk terus hidup berkubang
dalam dosa.
Untuk menjadi sahabat, Yesus mengatakan demikian: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14).
Untuk menjadi sahabat, Yesus mengatakan demikian: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14).
Apa yang diperintahkan Yesus kepada kita? Inilah perintah Yesus yang harus kita perbuat. "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.Dan hukum yang
kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak
ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Lukas
12:29-30).
Begitu besar kasih Tuhan pada kita sehingga Dia mau
mengulurkan tangan untuk bersahabat dengan kita. Pertanyaannya sekarang,
maukah kita menerima uluran tanganNya? Jadilah sahabat-sahabat Tuhan
yang setia.
Tuhan begitu menghargai nilai persahabatan,
siapkah kita untuk menjadi sahabat Tuhan?
Sumber: renunganharianonline.com
Gambar: Google