1 SEPTEMBER, TANGGAL KERAMAT UTUK BUNUH DIRI DI JEPANG

Tanggal 1 September adalah tanggal favorit untuk bunuh diri di Jepang (james steidl/thinkstockphotos.com)
Meski sudah banyak didengungkan dan diantisipasi,
namun kasus penindasan di sekolah masih kerap terjadi. Bukan cuma di
Indonesia, namun di berbagai belahan dunia lainnya termasuk Jepang.
Nanae Munemasa masih duduk di sekolah dasar ketika dia mulai ditindas kawan-kawannya. Pelajar yang kini sudah berusia 17 tahun ini didorong masuk ke dalam kamar mandi laki-laki oleh seorang perempuan yang dia sendiri tak kenal.
"Saat saya berusaha untuk kabur, dia malah mendorong saya ke tempat cuci tangan. Dia pun menarik saya masuk ke kamar mandi perempuan," kata Nanae Munemasa.
"Dia menampar saya. Saya hanya bisa menangis di dalam kubikel kamar mandi."
Dia juga mengatakan kalau dirinya pernah dipukuli dengan sapu oleh teman laki-lakinya, sampai diserang saat pelajaran berenang.
"Saya adalah orang terakhir yang keluar dari kolam renang," kata dia. "Tiba-tiba sebuah sapu, terbang entah dari mana dan mengenai saya yang masih ada di dalam air. Saya hampir tenggelam. Dan ada benjolan besar di kepala."
Sejak saat itu, Nanae sering bolos sekolah. Dia bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Nanae Munemasa masih duduk di sekolah dasar ketika dia mulai ditindas kawan-kawannya. Pelajar yang kini sudah berusia 17 tahun ini didorong masuk ke dalam kamar mandi laki-laki oleh seorang perempuan yang dia sendiri tak kenal.
"Saat saya berusaha untuk kabur, dia malah mendorong saya ke tempat cuci tangan. Dia pun menarik saya masuk ke kamar mandi perempuan," kata Nanae Munemasa.
"Dia menampar saya. Saya hanya bisa menangis di dalam kubikel kamar mandi."
Dia juga mengatakan kalau dirinya pernah dipukuli dengan sapu oleh teman laki-lakinya, sampai diserang saat pelajaran berenang.
"Saya adalah orang terakhir yang keluar dari kolam renang," kata dia. "Tiba-tiba sebuah sapu, terbang entah dari mana dan mengenai saya yang masih ada di dalam air. Saya hampir tenggelam. Dan ada benjolan besar di kepala."
Sejak saat itu, Nanae sering bolos sekolah. Dia bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
|
Tanggal keramat
Nanae tak sendirian. Ada banyak anak-anak lainnya di Jepang dan di seluruh dunia yang mengalami kasus serupa. Mereka juga sama-sama ingin mencabut nyawanya sendiri.
Parahnya, di Jepang sendiri, ada tanggal-tanggal khusus di mana anak sekolah melakukan aksi nekatnya itu. Ada banyak anak sekolah di Jepang yang memutuskan bunuh diri di tanggal 1 September setiap tahunnya. Tanggal 1 September, merupakan tanggal favorit di Jepang untuk bunuh diri dibanding 364 hari lainnya.
Data ini diperoleh dari lembaga pencegahan bunuh diri di Jepang yang telah dikumpulkan selama periode lebih dari 40 tahun.
Pemilihan tanggal ini sebagai tanggal keramat bunuh diri bukanlah tanggal acak tanpa sebab. Ternyata tanggal 1 September merupakan tanggal awal permulaan dimulainya kegiatan belajar mengajar di Jepang setelah libur musim panas.
"Liburan panjang dari sekolah membuat Anda bisa berada di dalam rumah. Jadi ini seperti surga untuk semua orang yang dibully," kata Nanae.
"Ketika musim panas berakhir, Anda harus kembali ke sekolah. Saat itu, dimulai juga kekhawatiran untuk dibully lagi, jadi memutuskan bunuh diri mungkin saja terjadi.
Psikiatris anak, Ken Takaoka mengungkapkan, angka bunuh diri meningkat ketika sekolah dimulai. Kata dia, anak yang tidak bisa berbaur atau tak termasuk dalam grup atau geng akan mengalami bullying.
Ini sebabnya, kehidupan mereka di sekolah sering diibaratkan dengan hidup di neraka.
Seperti diketahui, Jepang adalah negara yang punya angka bunuh diri tinggi di dunia. Parahnya lagi, angka bunuh diri yang tinggi ini didominasi oleh orang berusia 15-39 tahun.
Pemerintah mencatat bahwa ada 18.048 remaja yang berusia di bawah 18 tahun, bunuh diri di tahun 1972-2013.
Nanae termasuk remaja yang berpikir panjang. Sempat terlintas keinginan bunuh diri, namun dia membatalkannya.
"Saya berpikir kalau bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangan bisa membuat masalah untuk orang tua saya. Dan bunuh diri tidak akan menyelesaikan apapun."
Alih-alih bunuh diri, Nanae memilih untuk berhenti sekolah. Dia tinggal di rumah hampir satu tahun.
Ibu Nanae, Mina Munemasa, mendukung keinginan anaknya. "Saya tidak berpikir kalau sekolah adalah sebuah tempat di mana Anda harus membahayakan hidup Anda sendiri."
Nanae tak sendirian. Ada banyak anak-anak lainnya di Jepang dan di seluruh dunia yang mengalami kasus serupa. Mereka juga sama-sama ingin mencabut nyawanya sendiri.
Parahnya, di Jepang sendiri, ada tanggal-tanggal khusus di mana anak sekolah melakukan aksi nekatnya itu. Ada banyak anak sekolah di Jepang yang memutuskan bunuh diri di tanggal 1 September setiap tahunnya. Tanggal 1 September, merupakan tanggal favorit di Jepang untuk bunuh diri dibanding 364 hari lainnya.
Data ini diperoleh dari lembaga pencegahan bunuh diri di Jepang yang telah dikumpulkan selama periode lebih dari 40 tahun.
Pemilihan tanggal ini sebagai tanggal keramat bunuh diri bukanlah tanggal acak tanpa sebab. Ternyata tanggal 1 September merupakan tanggal awal permulaan dimulainya kegiatan belajar mengajar di Jepang setelah libur musim panas.
"Liburan panjang dari sekolah membuat Anda bisa berada di dalam rumah. Jadi ini seperti surga untuk semua orang yang dibully," kata Nanae.
"Ketika musim panas berakhir, Anda harus kembali ke sekolah. Saat itu, dimulai juga kekhawatiran untuk dibully lagi, jadi memutuskan bunuh diri mungkin saja terjadi.
Psikiatris anak, Ken Takaoka mengungkapkan, angka bunuh diri meningkat ketika sekolah dimulai. Kata dia, anak yang tidak bisa berbaur atau tak termasuk dalam grup atau geng akan mengalami bullying.
Ini sebabnya, kehidupan mereka di sekolah sering diibaratkan dengan hidup di neraka.
Seperti diketahui, Jepang adalah negara yang punya angka bunuh diri tinggi di dunia. Parahnya lagi, angka bunuh diri yang tinggi ini didominasi oleh orang berusia 15-39 tahun.
Pemerintah mencatat bahwa ada 18.048 remaja yang berusia di bawah 18 tahun, bunuh diri di tahun 1972-2013.
Nanae termasuk remaja yang berpikir panjang. Sempat terlintas keinginan bunuh diri, namun dia membatalkannya.
"Saya berpikir kalau bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangan bisa membuat masalah untuk orang tua saya. Dan bunuh diri tidak akan menyelesaikan apapun."
Alih-alih bunuh diri, Nanae memilih untuk berhenti sekolah. Dia tinggal di rumah hampir satu tahun.
Ibu Nanae, Mina Munemasa, mendukung keinginan anaknya. "Saya tidak berpikir kalau sekolah adalah sebuah tempat di mana Anda harus membahayakan hidup Anda sendiri."
Sumber: cnnindonesia.com