POLISI SELIDIKI KEMATIAN BOCAH KELAS 1 SMP DUA PEKAN USAI MOS

Jose Feliano Situmorang, ayah dari Evan Christopher Situmorang, mengatakan anaknya sempat mengeluh sakit pada bagian kaki beberapa hari usai menjalani MOS pada 7 hingga 9 Juli.
Jose menyebut anaknya pernah bercerita soal perintah yang diberikan oleh kakak kelasnya. "Sebelum meninggal disuruh jump squat sama kakak kelas atau panitia," ujar dia seperti dikutip detik.com.
Tak hanya itu, kata Jose, Evan mengaku sempat disuruh jalan kaki dari
Blok A Pondok Ungu ke Perumahan Puri. Dari sana, Evan harus berjalan
kaki kembali ke sebuah pom bensin di Pondok Ungu sebelum kemudian
kembali ke sekolah.
"Setelah mengikuti MOS, kesehatannya mulai menurun. Anak saya mulai mengeluh sakit di bagian kaki," kata Jose.
Parahnya, pada malam hari, beberapa kali Evan berteriak karena tidak kuat menahan sakit pada bagian kakinya. Jose pun sempat membawa anaknya ke Puskesmas. Namun sakitnya tak kunjung berhenti.
"Dikasih obat tapi enggak sembuh. Lalu saya bawa ke tukang (pijat) refleksi, tetapi tidak ada perkembangan juga," ujar Jose.
Sempat mencoba berbagai pengobatan, Evan akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya pada Rabu pekan lalu (29/7). Hingga kini belum diketahui pasti apa penyebab kematian Evan.
Terdeteksi asam urat
Kapolresta Bekasi Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona saat ini sedang menyelidiki kemungkinan keterkaitan kegiatan MOS dengan meninggalnya Evan. Dia mengatakan, hingga kini pihaknya belum menemukan benang merah di antara kedua hal itu.
"Sementara, belum ada benang merah antara MOS dengan meninggalnya almarhum," kata Daniel.
Pada penyelidikan awal, Kepolisian mencatat usai MOS yang dilakukan selama tiga hari tersebut, seluruh siswa diberi libur sebelum memulai aktivitas belajar pada Senin (27/7).
"Selesai MPS dan saat mulai belajar, almarhum sehat walafiat. Tapi di tengah jam pelajaran pada tanggal 29 Juli, Evan izin ke toilet karena sakit perut. Guru pelajaran curiga karena muridnya tak kunjung kembali, akhirnya disusul ke toilet dan menemukan almarhum sedang menahan sakit perut," ujar Daniel.
Kepada guru, Evan mengaku merasa keram pada bagian perutnya. Guru tersebut kemudian memberi balsam di perut Evan sambil memanggil orang tua Evan.
Saat itu orang tua Evan bersama pihak sekolah mendatangi Puskesmas terdekat. Melalui hasil pemeriksaan saat itu, Evan terdeteksi memiliki asam urat. "Dari hasil pengecekan Puskesmas, almarhum mengalami asam urat dengan kandungan 6.7. Untuk anak usia 13 tahun, ini tinggi sekali," kata Daniel.
Saat itu, dari Puskesmas, Evan dirujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayang Bunda. Namun karena fasilitas yang tidak memadai, dia dirujuk ke Rumah Sakit Citra Harapan.
"Setibanya di rumah sakit dan mendapat penanganan, dokter menyatakan Evan sudah meninggal dunia sekitar 30 menit. Bila dihitung mundur artinya Evan meninggal di perjalanan. Jadi analisa sementara, yang bersangkutan mempunyai penyakit," ujar Daniel.
Sumber: cnnindonesia.com
gambar google
"Setelah mengikuti MOS, kesehatannya mulai menurun. Anak saya mulai mengeluh sakit di bagian kaki," kata Jose.
Parahnya, pada malam hari, beberapa kali Evan berteriak karena tidak kuat menahan sakit pada bagian kakinya. Jose pun sempat membawa anaknya ke Puskesmas. Namun sakitnya tak kunjung berhenti.
"Dikasih obat tapi enggak sembuh. Lalu saya bawa ke tukang (pijat) refleksi, tetapi tidak ada perkembangan juga," ujar Jose.
Sempat mencoba berbagai pengobatan, Evan akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya pada Rabu pekan lalu (29/7). Hingga kini belum diketahui pasti apa penyebab kematian Evan.
Terdeteksi asam urat
Kapolresta Bekasi Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona saat ini sedang menyelidiki kemungkinan keterkaitan kegiatan MOS dengan meninggalnya Evan. Dia mengatakan, hingga kini pihaknya belum menemukan benang merah di antara kedua hal itu.
"Sementara, belum ada benang merah antara MOS dengan meninggalnya almarhum," kata Daniel.
Pada penyelidikan awal, Kepolisian mencatat usai MOS yang dilakukan selama tiga hari tersebut, seluruh siswa diberi libur sebelum memulai aktivitas belajar pada Senin (27/7).
"Selesai MPS dan saat mulai belajar, almarhum sehat walafiat. Tapi di tengah jam pelajaran pada tanggal 29 Juli, Evan izin ke toilet karena sakit perut. Guru pelajaran curiga karena muridnya tak kunjung kembali, akhirnya disusul ke toilet dan menemukan almarhum sedang menahan sakit perut," ujar Daniel.
Kepada guru, Evan mengaku merasa keram pada bagian perutnya. Guru tersebut kemudian memberi balsam di perut Evan sambil memanggil orang tua Evan.
Saat itu orang tua Evan bersama pihak sekolah mendatangi Puskesmas terdekat. Melalui hasil pemeriksaan saat itu, Evan terdeteksi memiliki asam urat. "Dari hasil pengecekan Puskesmas, almarhum mengalami asam urat dengan kandungan 6.7. Untuk anak usia 13 tahun, ini tinggi sekali," kata Daniel.
Saat itu, dari Puskesmas, Evan dirujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayang Bunda. Namun karena fasilitas yang tidak memadai, dia dirujuk ke Rumah Sakit Citra Harapan.
"Setibanya di rumah sakit dan mendapat penanganan, dokter menyatakan Evan sudah meninggal dunia sekitar 30 menit. Bila dihitung mundur artinya Evan meninggal di perjalanan. Jadi analisa sementara, yang bersangkutan mempunyai penyakit," ujar Daniel.
Sumber: cnnindonesia.com
gambar google