Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MILISI KRISTEN AFRIKA TENGAH BEBASKAN 160 BUDAK ANAK

Sekitar 6.000 anak diperbudak untuk melakukan pekerjaan kasar dan bahkan menjadi militan olleh kelompok-kelompok bersenjata di Afrika Tengah. (Ilustrasi/Getty Images/Chris Hondros)
Kelompok milisi Republik Afrika Tengah membebaskan 163 anak yang dijadikan budak pada Jumat (28/8), sebagai bagian dari kesepakatan yang diprakarsai oleh PBB.

Anak-anak itu dibebaskan oleh milisi anti-Balaka yang mayoritas Kristen, dan merupakan sebagian kecil dari 6.000 lainnya yang diduga telah diperbudak untuk melakukan pekerjaan kasar seperti memasak, membersihkan, atau sebagai militan, untuk kelompok-kelompok bersenjata.

Milisi anti-Balaka sendiri diyakini masih menahan lebih banyak anak, seperti kelompok lain di kedua sisi konflik negara dengan agama beragam itu.


"Pembebasan ini adalah tanda bahwa proses pelaksanaan komitmen yang dibuat oleh para pemimpin kelompok ini, sebagai bagian dari proses perdamaian dan rekonsiliasi, berada di jalur," kata Mohamed Malick Fall dari badan anak PBB, UNICEF, yang memfasilitasi pembebasan mereka di kota Batangafo.

Dia menambahkan bahwa ratusan anak-anak lain yang diperkirakan akan dibebaskan sebelum akhir tahun. Lebih dari 350 anak dibebaskan oleh kelompok bersenjata itu pada Mei.

Di tempat lain di bekas koloni Perancis itu, kekerasan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah periode yang relatif tenang sejak kesepakatan damai yang ditengahi PBB pada Mei.

Bentrokan antara milisi saingan pecah di wilayah tengah Bambari, menewaskan sekitar 10 orang, setelah milisi anti-Balaka memenggal seorang pemuda Muslim pekan lalu.

Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan beberapa ribu orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat kekerasan baru.

Perwakilan UNHCR Kouassi Lazare Etien mengatakan dia khawatir tentang kerentanan pengungsi Sudan yang terjebak di kamp dekat dengan daerah konflik.

Republik Afrika Tengah didera kekerasan sejak Maret 2013 ketika pemberontak Seleka yang sebagian besar Muslim merebut kekuasaan, memicu konflik, yang diduga menyebabkan ribuan tewas.

Pemerintahan yang didukung Seleka dipaksa mundur setahun kemudian dan kelompok anti-Balaka mengusir banyak minoritas Muslim minoritas dari selatan, yang menyebabkan perpecahan.

Pasukan perdamaian Perancis dan PBB ditugaskan di negara itu guna membantu proses pemilu yang dijadwalkan akhir tahun ini.



Sumber: cnnindonesia.com