LUMPUHKAN PENEMBAK DI KERETA, WARGA AS DDIGANJAR PENGHARGAAN
Sadler (kiri), Stone (kedua dari kiri)
dan Skarlatos (kanan) ditemani Duta Besar AS untuk Perancis Jane
Hartley dalam sebuah upacara di Paris. (Reuters/Regis Duvignau)
Seorang warga Inggris dan tiga warga Amerika Serikat
akan mendapatkan penghargaan dari Presiden Perancis Francois Hollande
atas keberanian mereka melumpuhkan pelaku penembakan di atas sebuah
kereta pekan lalu.
Diberitakan Reuters, Minggu (23/8), keempat orang itu akan diganjar penghargaan tertinggi, Legion d'honneur, pada Senin (24/8) di Paris, menyusul insiden Jumat lalu di atas kereta cepat dari Amsterdam menuju Paris.
Ketiga warga AS tersebut adalah mahasiswa Anthony Sadler, 23, Prajurit
Angkatan Udara Spencer Stone, 23, dan tentara Garda Nasional Alek
Skarlator, 22. Warga Inggris yang juga mendapat penghargaan adalah Chris
Norman, 62, yang ikut bergumul melumpuhkan pelaku, Ayoub el Khazzani,
26, dari Maroko.
Insiden itu terjadi saat ketiga pria asal California itu terbangun saat mendengar kaca pecah dan melihat pria bertelanjang dada masuk sambil membawa senapan AK-47. Stone, pria yang memiliki tinggi 182 cm itu langsung berlari menerjang pelaku yang berjarak 10 meter dari tempatnya duduk saat melihat Khazzani kesulitan menggunakan senapannya.
"Saya melihat pelaku dengan AK47 dan sepertinya senapannya macet, dia mencoba mengokangnya," kata Stone.
Bersama kedua kawannya, Stone menubruk Khazzani, mencoba mengambil senjata dari tangan pelaku dan mencekiknya. Norman ikut dalam pertarungan itu.
Jempol Stone hampir putus saat pelaku menyerangnya dengan pisau cutter. Khazzani juga coba mengeluarkan pistol lainnya sebelum akhirnya pingsan. Jari Stone berhasil diselamatkan setelah mendapatkan perawatan dari tim medis.
Seorang pria berkewarganegaraan AS-Perancis tertembak di leher saat pertama kali mencoba melumpuhkan tersangka. Di saat seperti itu, latihan perang Stone berguna. Dia menolong pria yang tidak diketahui namanya itu agar darahnya tidak keluar banyak.
"Awalnya saya mau menggunakan kaos untuk menghentikan darahnya, tapi sepertinya tidak berhasil. Jadi saya masukkan dua jari saya ke lubang di lehernya, dan menemukan urat nadinya, menekannya lalu pendarahannya berhenti," kata Stone.
Pria itu masih menjalani perawatan di rumah sakit, kondisinya saat ini dilaporkan telah stabil.
Ketiga pria Amerika yang tumbuh bersama di Sacramento, California, tengah berlibur ke Eropa untuk merayakan kepulangan Skarlatos dari bertugas di Afghanistan.
Belum diketahui motif serangan Khazzani. Dugaan kuat, itu adalah serangan teror. Namun pengacaranya mengatakan bahwa pria itu hanya ingin merampok, buktinya Khazzani tidak terlatih menggunakan senapan dan kondisi tubuhnya kekurangan gizi.
Skarlator membantah pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa Khazzani terlihat siap betul melakukan penyerangan.
"Tidak butuh hingga delapan magasin untuk merampok kereta. Pria ini punya banyak amunisi dan niatnya sangat jelas," ujar Skarlatos.
Diberitakan Reuters, Minggu (23/8), keempat orang itu akan diganjar penghargaan tertinggi, Legion d'honneur, pada Senin (24/8) di Paris, menyusul insiden Jumat lalu di atas kereta cepat dari Amsterdam menuju Paris.
Insiden itu terjadi saat ketiga pria asal California itu terbangun saat mendengar kaca pecah dan melihat pria bertelanjang dada masuk sambil membawa senapan AK-47. Stone, pria yang memiliki tinggi 182 cm itu langsung berlari menerjang pelaku yang berjarak 10 meter dari tempatnya duduk saat melihat Khazzani kesulitan menggunakan senapannya.
"Saya melihat pelaku dengan AK47 dan sepertinya senapannya macet, dia mencoba mengokangnya," kata Stone.
Bersama kedua kawannya, Stone menubruk Khazzani, mencoba mengambil senjata dari tangan pelaku dan mencekiknya. Norman ikut dalam pertarungan itu.
Jempol Stone hampir putus saat pelaku menyerangnya dengan pisau cutter. Khazzani juga coba mengeluarkan pistol lainnya sebelum akhirnya pingsan. Jari Stone berhasil diselamatkan setelah mendapatkan perawatan dari tim medis.
Seorang pria berkewarganegaraan AS-Perancis tertembak di leher saat pertama kali mencoba melumpuhkan tersangka. Di saat seperti itu, latihan perang Stone berguna. Dia menolong pria yang tidak diketahui namanya itu agar darahnya tidak keluar banyak.
"Awalnya saya mau menggunakan kaos untuk menghentikan darahnya, tapi sepertinya tidak berhasil. Jadi saya masukkan dua jari saya ke lubang di lehernya, dan menemukan urat nadinya, menekannya lalu pendarahannya berhenti," kata Stone.
Pria itu masih menjalani perawatan di rumah sakit, kondisinya saat ini dilaporkan telah stabil.
Ketiga pria Amerika yang tumbuh bersama di Sacramento, California, tengah berlibur ke Eropa untuk merayakan kepulangan Skarlatos dari bertugas di Afghanistan.
Belum diketahui motif serangan Khazzani. Dugaan kuat, itu adalah serangan teror. Namun pengacaranya mengatakan bahwa pria itu hanya ingin merampok, buktinya Khazzani tidak terlatih menggunakan senapan dan kondisi tubuhnya kekurangan gizi.
Skarlator membantah pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa Khazzani terlihat siap betul melakukan penyerangan.
"Tidak butuh hingga delapan magasin untuk merampok kereta. Pria ini punya banyak amunisi dan niatnya sangat jelas," ujar Skarlatos.
Sumber: cnnindonesia.com