LEDAKAN PABRIK KEMBALI TERJADI DI CHINA, 10 ORANG TERLUKA
Usai ledakan di Tianjin, kini ledakan
pabrik kimia kembali terjadi di kawasan timur China, di daerah Huantai,
provinsi Shandong. (Reuters/China Daily)
Ledakan besar terjadi di sebuah pabrik kimia di
China timur, menewaskan satu orang dan melukai sembilan orang, menurut
kantor berita lokal Xinhua dikutip Reuters, Sabtu (22/8).
Kobaran api akibat ledakan yang terjadi pada Sabtu malam di Huantai, Provinsi Timur Shandong, berhasil dipadamkan lima jam kemudian. Otoritas setempat menyatakan tidak ada cairan kontaminasi yang menyebar.
Insiden ini kemudian menimbulkan beragam pertanyaan mengenai standar
keamanan di negeri Tirai Bambu ini, mengingat kecelakaan industri kerap
terjadi selama tiga dekade pertumbuhan ekonomi yang cepat ini.
Pada tahun lalu, misalnya, sebuah ledakan di pabrik onderdil otomotif menewaskan setidaknya 75 orang. Dua pekan lalu, dua ledakan besar mematikan berhasil memusnahkan gudang penyimpanan bahan kimia di Timur Laut China, Tianjin.
Media setempat melaporkan ledakan ini membuat jendela-jendela di desa sekitar hancur. Bahkan pada radius 2 kilometer dari lokasi tempat ledakan, warga setempat seperti merasakan adanya gempa kecil.
Sekitar 150 pemadam kebakaran dan 20 mobil pemadam dikerahkan ke lokasi kejadian.
Ledakan ini menghanguskan sebuah pabrik milik Runxing Chemical, anak perusahaan Runxing Group yang tercatat memiliki modal sekitar US$ 31 juta, masih mengutip Xinhua.
Pabrik ini menghasilkan adiponitril, sebuah cairan berwarna yang melepaskan gas beracun ketika bereaksi dengan api.
Pada 12 Agustus kemarin, dua ledakan di sebuah gudang penyimpanan bahan kimia berbahaya menghancurkan area industri di kota pelabuhan Timur Laut Tianjin, menewaskan 121 orang, termasuk 67 pemadam kebakaran.
Lebih dari 700 orang terluka dan ribuan lainnya dievakuasi karena berisiko terkena bahan kimia berbahaya yang tersimpan di sana.
Kementerian Keamanan Publik dan Kepolisian China mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs resmi bahwa penyelidikan terkait ledakan Tianjin masih terus dilakukan dan butuh waktu lebih sebelum menghasilkan kesimpulan.
Sementara itu, amarah publik terhadap pemerintah China melonjak di Tianjin. Warga yang tinggal di area dekat ledakan meyakini bahwa pemerintah dengan sengaja tidak memidana perusahaan pemilik gudang tersebut, yaitu Tianjin Dongjiang Ruihai International Logistics.
Kobaran api akibat ledakan yang terjadi pada Sabtu malam di Huantai, Provinsi Timur Shandong, berhasil dipadamkan lima jam kemudian. Otoritas setempat menyatakan tidak ada cairan kontaminasi yang menyebar.
Pada tahun lalu, misalnya, sebuah ledakan di pabrik onderdil otomotif menewaskan setidaknya 75 orang. Dua pekan lalu, dua ledakan besar mematikan berhasil memusnahkan gudang penyimpanan bahan kimia di Timur Laut China, Tianjin.
Media setempat melaporkan ledakan ini membuat jendela-jendela di desa sekitar hancur. Bahkan pada radius 2 kilometer dari lokasi tempat ledakan, warga setempat seperti merasakan adanya gempa kecil.
Sekitar 150 pemadam kebakaran dan 20 mobil pemadam dikerahkan ke lokasi kejadian.
Ledakan ini menghanguskan sebuah pabrik milik Runxing Chemical, anak perusahaan Runxing Group yang tercatat memiliki modal sekitar US$ 31 juta, masih mengutip Xinhua.
Pabrik ini menghasilkan adiponitril, sebuah cairan berwarna yang melepaskan gas beracun ketika bereaksi dengan api.
Pada 12 Agustus kemarin, dua ledakan di sebuah gudang penyimpanan bahan kimia berbahaya menghancurkan area industri di kota pelabuhan Timur Laut Tianjin, menewaskan 121 orang, termasuk 67 pemadam kebakaran.
Lebih dari 700 orang terluka dan ribuan lainnya dievakuasi karena berisiko terkena bahan kimia berbahaya yang tersimpan di sana.
Kementerian Keamanan Publik dan Kepolisian China mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs resmi bahwa penyelidikan terkait ledakan Tianjin masih terus dilakukan dan butuh waktu lebih sebelum menghasilkan kesimpulan.
Sementara itu, amarah publik terhadap pemerintah China melonjak di Tianjin. Warga yang tinggal di area dekat ledakan meyakini bahwa pemerintah dengan sengaja tidak memidana perusahaan pemilik gudang tersebut, yaitu Tianjin Dongjiang Ruihai International Logistics.
Sumber: cnnindonesia.com