JANGAN ANGGAP REMEH KEKUATAN SEBUAH PELUKAN

"Pada saat itu yang langsung terbayang adalah kematian.
Saya lalu mengumpulkan anak-anak dan suami, kemudian saya meminta mereka
memberikan saya pelukan setiap hari. Bergantian mereka memeluk saya setiap
harinya," kata psikolog yang juga master trainer NLP ini.
Sambil menjalani pengobatan kanker dan kekuatan pelukan yang
didapatkannya dari orang-orang terdekat, dalam lima bulan Melly berhasil
mengalahkan kankernya.
"Luar biasa, saya merasakan benar manfaat pelukan
sebagai sebuah self-healing," kata penulis buku The Miracle of Hug ini.
Dahsyatnya kekuatan pelukan juga dirasakan oleh Roostien
Ilyas, aktivis sosial dan juga pemerhati anak. Dalam pengalamannya mendekati
anak-anak jalanan atau anak-anak di tempat pengungsian, Roos merasakan bahwa
pelukan adalah bentuk komunikasi non-verbal yang efektif.
"Di banyak tempat pengungsian, baik itu di daerah
konflik atau korban bencana alam, cara pertama yang banyak dipakai para relawan
dalam mendekati anak-anak adalah mengajaknya bermain lalu memberikan pelukan
yang tulus. Meski kami tidak mengerti bahasa mereka, tapi pelukan akan membuat
kebekuan menjadi cair," paparnya.
"Pelukan akan menentramkan hati anak-anak dalam keadaan
yang khaos. Anak-anak juga bisa lebih terbuka dan menceritakan perasaannya
setelah kita melakukan kontak fisik. Bisa berupa pelukan, menyentuh, atau
menyisir rambut mereka. Itu saya alami saat menangani anak-anak korban gempa di
Yogya," ujarnya.
Melly menjelaskan, manusia memiliki kebutuhan fisik dan
emosional. Memeluk akan memengaruhi munculnya perasaan penuh kasih sayang dan
ketenangan.
Anak-anak yang sering dipeluk juga akan tumbuh menjadi
pribadi yang senang berbagi dan berempati pada sesamanya. "Pelukan adalah
bahasa cinta paling kuat, bahkan lebih efektif untuk mengekspresikan perasaan
daripada kata-kata," katanya.
Tak heran jika pelukan sering disebut sebagai obat penyembuh
luka fisik dan batin. Dalam pelukan ada unsur memberi, ketulusan, kehangatan,
dukungan, dan rasa aman.
Melly juga beberapa kali menemui anak yang dianggap
bermasalah di sekolah sebenarnya adalah anak-anak yang haus akan kasih sayang.
"Mereka jarang dipeluk dan mendapat ungkapan kasih
sayang dari orangtuanya. Malah mereka sering mendapat kekerasan dari
orangtuanya karena dianggap nakal," ujarnya.
Kehangatan pelukan antara orangtua dan anak juga diketahui
akan meningkatkan kecerdasan otak, merangsang keluarnya hormon oksitosin yang
membuat perasaan tenang pada anak, serta mengurangi racun dari zat berbahaya di
otak.
"Anak akan merasa dicintai dan dihargai. Karena itu
jangan segan untuk membiasakan memeluk anak, bukan hanya para ibu tapi juga
para ayah," katanya.
Meski begitu ajari juga anak untuk bisa memilah siapa yang
boleh memeluknya. "Saat ini rawan kekerasan seksual pada anak, karena itu
anak juga perlu tahu siapa yang boleh menyentuhnya," imbuhnya.
Tetapi tak bisa dimungkiri semakin besar usia anak, biasanya
mereka malu dipeluk orangtuanya. Untuk itu orangtua bisa menggantinya dengan
sentuhan fisik lain yang memiliki makna sama, misalnya mengusap kepala, menepuk
bahu, atau menggenggam tangan.
Sumber: kompas.com