EMAS MENJADI SIGNAL KRISIS EKONOMI ?
Kilau Emas dan Signal Awal Krisis Ekonomi
Keadaan yang belum begitu menjanjikan dari Yunani, serta rilis data
Bank Sentral China tentang jumlah cadangan emas yang mereka punya (lebih
sedikit dari yang diharapkan publik), membuat investor agak menjauhi
emas. Akibatnya mudah ditebak, yaitu harga yang mendadak melorot drastis
karena sentiment negatif.
Harga emas turun di bawah US$1.100/ounce, setelah dalam beberapa
waktu terakhir diperdagangkan dalam range fluktuasi yang sempit. Jika
dikonvert ke Euro, maka harga emas mengalami penurunan sebesar 1.000
Euro.
Bagi mereka yang tinggal di Eropa dan memiliki simpanan dalam mata
uang Euro, sudah barang tentu emas merupakan investasi yang baik,
ketimbang menyimpan uang di bank –paling tidak dalam setahun
belakangan-. Dengan suku bunga yang hampir mendekati nol dan bahkan
negatif di beberapa negara Eropa, investasi dalam mata uang Euro hampir
pasti tidak akan menguntungkan.
Di sisi lain, jika dihargai dalam US Dolar, maka emas bukan merupakan
investasi yang bagus karena sejak 2011 harga emas ada di record high.
Sebaliknya, emas adalah investasi yang menggiurkan tahun 1999 sampai
2000, ketika harga masih berkisar US$ 300 /ounce.

Ada yang
lebih cepat, ada pula mata uang yang akan bertahan cukup lama sebelum
akhirnya kehilangan daya juga. Khusus untuk US Dolar sendiri, kita tidak
pernah tahu kapan ia akan kehilangan tajinya, karena sampai hari ini
The Green Back masih menjadi reserve currency global.
Jika inflasi meroket, kekuatan suatu mata uang terhadap mata uang
lain, tidak akan terlalu berpengaruh lagi. Jika misalnya inflasi ada di
kisaran 10% di Amerika dan 20% di Eropa, maka jelas US Dolar akan lebih
kuat terhadap Euro.
Nah, dalam skenario seperti ini, jangan lantas melupakan emas, karena ia akan bersinar cemerlang akibat tingginya inflasi.
Pertanyaan besarnya adalah, di tengah-tengah semua harga yang turun
–termasuk emas-, apakah hanya investor emas saja yang patut menjadi
kuatir, sementara penurunan ini mungkin hanya sementara sebelum harga
akan kembali rebound.
Namun, mari kita lihat lebih cermat tentang fenomena turunnya harga emas.
Pernahkah Anda berpikir bahwa situasi emas saat ini, sebetulnya
sedang menjelaskan keadaan ekonomi dalam gambaran yang lebih kompleks
dari sekedar tren bearish yang sedang terjadi?
Saya sendiri tidak begitu percaya dengan mythos dari sistem ekonomi
Keynesian yang berkata bahwa ada semacam bargaining sistem, antara
inflasi dan jumlah angka pengangguran di suatu negara. Bisa aja ekonomi
justru bertumbuh di saat tingkat inflasi rendah, seperti yang terjadi di
Amerika sepanjang abad 19.
Jika ketersediaan uang berada pada titik stabil, dengan tekhnologi
serta produksi yang terus meningkat, otomatis semua harga akan turun.
Lihat saja harga dari komputer Anda. Di tengah-tengah meningkatnya
supply uang, harga elektronik malah makin turun dari hari ke hari.
Apalagi jika ada model baru di pasaran.
Namun, masalah utama ekonomi dunia saat ini adalah, hampir semua
pertumbuhan ekonomi dan bagusnya harga saham ternyata ditunjang oleh
beberapa kebijakan Federal Reserve seperti rendahnya suku bunga.
Apakah akan ada yang percaya bahwa harga saham akan sebaik hari ini,
jika Federal Reserve tidak pernah mengeluarkan kebijakan Quantitative
Easing 1,2 dan 3?
Ya, ada tiga sekuel inflasi moneter yang “menjamin” harga saham menjadi bagus meskipun hanya dalam jangka pendek.
Federal Reserve mengakhiri kebijakan QE3 bulan Oktober 2014. Itu
berarti sampai saat ini, sudah hampir setahun. Pertanyaannya adalah,
apakah ekonomi akan tetap menjadi kuat tanpa support dari Federa
Reserve?
Rasanya tidak ada yang 100% yakin dengan hal tersebut.
Itulah sebabnya, rendahnya harga emas bisa saja menjadi pertanda
buruk bagi ekonomi dunia saat ini. Krisis yang paling jelas mengancam
adalah resesi. Saya yakin bahwa investor harusnya memiliki cadangan emas
sebagai investasi, meskipun saya juga tidak menyuruh Anda untuk
melakukan spekulasi dalam hal ini. Kecuali Anda adalah trader yang
memang tiap hari berurusan dengan emas di lantai bursa.
Intinya adalah begini, emas merupakan komoditi alternatif di dalam situasi krisis atau inflasi tinggi.
Sebagai seorang investor, sangat penting untuk menyeimbangkan jenis portofolio yang Anda miliki. Yang dapat saya sarankan adalah, ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli emas sebagai penyeimbang portofolio Anda, apalagi jika investasi emas Anda memang tidak begitu banyak saat ini dibanding dengan produk lainnya.
Kisaran yang paling ideal adalah miliki emas sebanyak 20% dari total
investasi Anda hari ini dan pastikan jumlahnya tidak kurang dari 10%.
Mungkin Anda tidak akan menjadi kaya raya dengan memilih emas sebagai
investasi Anda hari ini, tapi komoditas yang satu itu merupakan
penyeimbang yang baik bagi investasi Anda. Jika menurunnya harga emas
merupakan indikasi akan terjadinya krisis ekonomi, maka kemungkinannya
sangat besar harga emas akan melonjak drastis.
Suku bunga yang saat ini rendah, bisa saja menjadi lebih rendah
ketika krisis terjadi. Sebab itu, pastikan Anda mengalokasikan bagian
dari portofolio Anda di dalam emas. Kadang-kadang diperlukan kesabaran
untuk melihat hasil tuaian yang besar.
Artikel diatas dapat digunakan menjadi bahan perenungan dan tanda-tanda jaman dalam hal ekonomi.
Di akhir jaman ini dimana ketidak-menentuan
ekonomi dan bisnis, maka dalam setiap langkah kita, perbanyak berdoa dan
libatkan Tuhan Yesus dan Roh Kudus… walaupun di akhir jaman ini kita
harus lebih berfokus pada Tuhan dan keintiman yang lebih dalam lagi.
Dalam sisi ekonomi pun kita harus cerdas dan kudus dalam berbisnis atau
berinvestasi.
Hiduplah seperti biasa dengan aktivitas seperti biasa,
tapi tetap prioritas terutama adalah TUHAN YESUS
dan tidak dapat
tergantikan !
Jangan sampai terikat dengan harta !
Hati yang tetap
tertuju pada Tuhan Yesus.
Sumber : berjagajaga.wordpress.com