DIET JENIS INI SEBABKAN KANKER USUS.
Sekitar seratus lima puluh ribu kasus baru kanker kolorektal dilaporkan
terjadi di Amerika Serikat setiap tahun. Penyakit ini menyebabkan
sekitar lima puluh ribu kematian pada penderitanya. Risiko menderita
penyakit ini pada pria dan wanita adalah sama.
Kanker kolorektal dini mungkin memiliki gejala yang amat minimal, atau bahkan tak ada gejala sama sekali. Ketidaknyamanan perut, perdarahan dari bagian belakang, kelainan pada gerakan usus, termasuk sembelit dan diare, biasanya menjadi gejala awal.
Pada stadium lanjut mungkin ada kehilangan nafsu makan dan berat badan. Sebuah benjolan perut bagian bawah juga dapat dirasakan dan tes darah mungkin menunjukkan anemia. Kanker kolorektal lebih mungkin terjadi pada usia lanjut, terutama di atas 50 tahun.
Pada beberapa orang, polip dapat berkembang di usus besar dan rektum. Pertumbuhan ini mulanya jinak (non-kanker), tetapi bisa berubah ganas (kanker) seiring berjalannya waktu. Tidak semua polip menjadi kanker, karena penanganan yang tepat dapat mengurangi risiko terkena kanker kolorektal. Seseorang perokok pun memiliki resiko tinggi terkena penyakit ini.
Beberapa studi lain pun menunjukkan bahwa lemak tinggi, diet rendah serat juga dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Seseorang yang telah memiliki kanker kolorektal dapat terjangkit kanker yang sama untuk kedua kalinya.
Wanita dengan riwayat ovarium, rahim atau kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Sebuah riwayat keluarga kanker kolorektal dan kondisi genetik tertentu seperti penyakit radang usus (penyakit Crohn atau kolitis ulserativa) selama bertahun-tahun juga memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker kolorektal.
Kanker kolorektal dini mungkin memiliki gejala yang amat minimal, atau bahkan tak ada gejala sama sekali. Ketidaknyamanan perut, perdarahan dari bagian belakang, kelainan pada gerakan usus, termasuk sembelit dan diare, biasanya menjadi gejala awal.
Pada stadium lanjut mungkin ada kehilangan nafsu makan dan berat badan. Sebuah benjolan perut bagian bawah juga dapat dirasakan dan tes darah mungkin menunjukkan anemia. Kanker kolorektal lebih mungkin terjadi pada usia lanjut, terutama di atas 50 tahun.
Pada beberapa orang, polip dapat berkembang di usus besar dan rektum. Pertumbuhan ini mulanya jinak (non-kanker), tetapi bisa berubah ganas (kanker) seiring berjalannya waktu. Tidak semua polip menjadi kanker, karena penanganan yang tepat dapat mengurangi risiko terkena kanker kolorektal. Seseorang perokok pun memiliki resiko tinggi terkena penyakit ini.
Beberapa studi lain pun menunjukkan bahwa lemak tinggi, diet rendah serat juga dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Seseorang yang telah memiliki kanker kolorektal dapat terjangkit kanker yang sama untuk kedua kalinya.
Wanita dengan riwayat ovarium, rahim atau kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Sebuah riwayat keluarga kanker kolorektal dan kondisi genetik tertentu seperti penyakit radang usus (penyakit Crohn atau kolitis ulserativa) selama bertahun-tahun juga memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker kolorektal.
oleh Dr Chua Tju Siang
Lulus dari Universitas Glasgow dan melanjutkan pendidikan
pascasarjananya
mengenai medis dan pengobatan di Inggris.
Memperoleh
akreditasi sebagai ahli Kesehatan Pencernaan dari Departemen Kesehatan
Singapura pada tahun 2002. Dr Chua telah menerbitkan secara luas
pengetahuan yang dimilikinya, dan telah menerima beberapa penghargaan
internasional.
Dia juga menekuni bidang pengajaran dan terus memperdalam
teknik pengobatan endoskopik, untuk kawasan Asia, termasuk wilayah
Timur Tengah.
Sumber: liputan6.com