Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENGLIHATAN SEJATI



Pdt. Zacharias Pattimukay M. Th
Kalau kita mendengar tema “penglihatan”, hal yang sering terbersit adalah penglihatan akan hal-hal yang akan terjadi di masa depan, atau penglihatan akan hal-hal supranatural seperti dibawa ke sorga atau ke neraka. Tema penglihatan diidentikkan dengan tema yang sarat dengan hal-hal yang spektakular. Namun ketika kita bicara tentang penglihatan bukan hanya bicara tentang apa yang menjadi objek yang dilihat tetapi juga bagaimana proses melihat tersebut.
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Mat. 9:9-11)
Dalam 3 ayat singkat ini ada satu kata kerja “melihat” yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan juga oleh orang Farisi. Kata kerja yang sama namun dengan dua respons yang sangat bertolak belakang. Orang Farisi melihat Matius sebagai pengkhianat bangsa, pemeras, dan sampah masyarakat. Tuhan Yesus melihatnya sebagai calon murid yang akan dipakai-Nya dengan luar biasa. Jadi sebenarnya apa yang dilihat Tuhan Yesus? Mengapa penglihatan Tuhan Yesus begitu berbeda dengan semua orang umumnya pada saat itu?

Ada 3 hal yang menjadikan penglihatan Tuhan Yesus begitu berbeda:

1   1. Mata Tuhan Yesus melihat individu
Berulang kali Alkitab mencatat ketika Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya, Ia memanggil mereka dengan nama mereka, sama seperti ketika Allah memanggil para nabi-Nya secara pribadi. Matius berarti Hadiah dari Tuhan (Gift of God), Matius sedang direstorasikan ke arti nama-Nya untuk dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan.

Di perikop sebelumnya, baru saja dicatat bahwa orang banyak terpukau ketika melihat Yesus menyembuhkan orang lumpuh. Pada kondisi demikian, gampang saja bagi Yesus untuk memilih orang banyak itu semua atau sebagian menjadi murid-Nya, namun Ia berpaling dan mengarahkan mata-Nya justru ke meja cukai. Ia tidak berurusan dengan massa sebagai suatu abstraksi. Tuhan kita berurusan pribadi lepas pribadi sesuai rencana-Nya, dan itu lebih menakjubkan lagi mengingat Dia adalah Allah pencipta seluruh semesta. Ia mengenal segenap bala tentara malaikat. Ia juga mengenal setiap kita secara pribadi. Pabrik yang memproduksi ribuan item pasti hanya memberikan nomor kode produksi. Amazing bukan, di antara beratus-ratus juta milyar ciptaan-Nya, Ia mengenal kita secara pribadi.

Alasan yang paling menghangatkan hati kita adalah Ia bukan hanya Sang Pencipta, tetapi juga Bapa kita. Seorang Bapa pasti mengenal setiap anak-Nya bukan? Di tengah pemberontakan kita, Ia masih berkenan menyambut kita, anak terhilang, kembali masuk ke rumah Bapa. Matius mungkin orang yang paling menghayati lagu “Why have you chosen me, out of millions your child to be?” Apakah engkau semakin mensyukuri panggilan pribadi yang Ia berikan padamu?

2    2. Mata Tuhan Yesus melihat nilai yang sesungguhnya (the real value)
Mata kita – manusia berdosa – gampang sekali tertipu oleh fenomena luar, kita melihat apa yg menempel di luar: merek baju apa yang dipakai, mobil apa yang dikendarai, rumah di daerah mana, dan sebagainya. Kita bukan menilai siapakah manusia itu sebenarnya. 

Berbeda dengan mata Tuhan Yesus. Dia melihat dengan sesungguhnya, sebagaimana apa adanya. Tidak ada fenomena luar yang bisa menipu mata X-ray tersebut yang melihat hingga kedalaman hati terdalam. Tuhan menilai kita sebagaimana kita diciptakan, bukan karena kita lebih mempunyai kekayaan materi, lebih mempunyai pencapaian karir, lalu membuat nilai kita bertambah atau berkurang. Tidak ada yang kita punya atau kita lakukan dapat mengubah penilaian-Nya. Manusia melihat fenomena. Tuhan Yesus melihat hati – esensi keberadaan kita.

Tuhan mengenal kita dari nilai yang sesungguhnya. Nilai kita waktu kita diciptakan. Waktu penciptaan, manusia adalah puncak dari segala ciptaan. mahluk yang paling mulia. Tetapi aneh kenapa Tuhan memakai debu tanah yang remeh dan tidak bernilai untuk menjadikan manusia? Bukankah sebagai makhluk yang mulia seharusnya Tuhan memakai bahan baku yang paling berharga seperti emas dan permata? Tidak! Dari sini kita mengerti, Tuhan mau kita melihat satu hal: kemuliaan manusia bukan dari emas atau permata tetapi dari Tuhan memberikan nafas kehidupan bagi manusia.

Kita adalah peta dan teladan Allah tetapi sejak Adam memberontak, kita semua telah menjadi peta teladan Allah yang rusak, peta teladan Allah yang telah melawan Sang Pencipta. Itulah yang Tuhan lihat pada manusia, baik dia seorang imam, orang Farisi, ahli Taurat, ataupun seorang pemungut cukai. Mereka semua sama-sama orang berdosa yang memerlukan penebusan dosa.

Orang Farisi marah ketika Yesus menerima Matius karena mereka merasa mereka orang benar sedangkan pemungut cukai adalah orang berdosa. Pemungut cukai dianggap sebagai pengkhianat bangsa, pemeras sesama, singkatnya sampah masyarakat. Apa yang terlihat dari luar sebagai sampah, bisa dilihat oleh Tuhan Yesus sebagai permata yang tersembunyi dengan bungkusan kotoran sampah.

Pemungut cukai, orang gila, bagi orang Yahudi sama tidak ada harganya. Di perikop sebelumnya masyarakat Gadara mengusir Tuhan Yesus keluar dari daerah mereka karena 2.000 babi mereka (kalau 1 ekor babi seharga Rp. 2 juta, maka total kerugian sekitar Rp. 4M) terjun bebas ke jurang. Tuhan Yesus melihat jiwa orang gila lebih berharga daripada sekadar 2.000 babi! Dan Tuhan Yesus memilih 1 Matius menjadi murid-Nya dibandingkan 2.000 orang Farisi lainnya pada saat itu. Tuhan memilih Matius bukan karena apa yang ada padanya, demikian juga kita dipilih bukan karena apa yang kita punya atau kita perbuat. Sepenuhnya adalah kedaulatan dan anugerah-Nya semata. Soli Deo Gloria.

3   3. Mata Tuhan Yesus melihat potensi di depan (what they will be in God’s hand)
Kita mungkin juga akan berpendapat dan mencibir seperti orang-orang Farisi ketika melihat Tuhan Yesus memilih murid-murid-Nya – para nelayan dari kampung Galilea, Matius si pemungut cukai, Simon orang Zelot, Yohanes si anak kemarin sore bau kencur. Dream team-nya Tuhan Yesus lebih mirip segerombolan pecundang kampungan. Apakah yang dilihat Tuhan Yesus?

Salah satunya adalah bahwa para orang Farisi ini melihat masa kini, Yesus melihat masa depan. Yesus melihat di masa depan, kerajaan Romawi tidak bertekuk lutut oleh orang-orang Farisi atau oleh pemimpin-pemimpin agama di Yerusalem, tetapi justru oleh para nelayan ini yang akan menggoncang dunia. Yesus bisa melihat bahwa nanti banyak raja dan pemimpin besar dunia berlutut di bawah tulisan-tulisan yang ditulis oleh orang-orang pinggiran tadi.

Matius yang ahli tulis bon cukai ternyata diubahkan oleh Tuhan untuk menulis Injil Matius. Markus yang “dibuang" oleh Paulus ternyata kelak menulis Injil Markus. Yohanes si anak kemarin sore, akhirnya dipakai Tuhan untuk menulis, ada lima kitab hasil tulisannya di Perjanjian Baru. Mengapa Tuhan mau memakai para pecundang, mereka yang dipandang sebelah mata di dalam masyarakat?

Rasul Paulus memberikan jawabannya di dalam 1 Korintus 1:25-29: Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Tuhan mampu memakai siapa pun, apa pun untuk kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus sudah menebusmu dengan hal yang paling bernilai di seluruh jagad: dengan darah-Nya. Setiap orang yang ditebus Tuhan berharga di mata-Nya.

Dengan tangan-Nya Ia mau membentukmu. Dengan tangan-Nya Ia mau engkau menggali semua potensi dan talenta yang Ia sudah berikan padamu. Maukah engkau menggalinya, mengembangkannya, dan mengembalikannya bagi kemuliaan-Nya?