PENGLIHATAN SEJATI
Kalau
kita mendengar tema “penglihatan”, hal yang sering terbersit adalah penglihatan
akan hal-hal yang akan terjadi di masa depan, atau penglihatan akan hal-hal
supranatural seperti dibawa ke sorga atau ke neraka. Tema penglihatan
diidentikkan dengan tema yang sarat dengan hal-hal yang spektakular. Namun
ketika kita bicara tentang penglihatan bukan hanya bicara tentang apa yang
menjadi objek yang dilihat tetapi juga bagaimana proses melihat tersebut.
Setelah
Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah
cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah
Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius,
datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan
Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah
mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan
pemungut cukai dan orang berdosa?" (Mat. 9:9-11)
Dalam
3 ayat singkat ini ada satu kata kerja “melihat” yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus dan juga oleh orang Farisi. Kata kerja yang sama namun dengan dua respons
yang sangat bertolak belakang. Orang Farisi melihat Matius sebagai pengkhianat
bangsa, pemeras, dan sampah masyarakat. Tuhan Yesus melihatnya sebagai calon
murid yang akan dipakai-Nya dengan luar biasa. Jadi sebenarnya apa yang dilihat
Tuhan Yesus? Mengapa penglihatan Tuhan Yesus begitu berbeda dengan semua orang
umumnya pada saat itu?
Ada
3 hal yang menjadikan penglihatan Tuhan Yesus begitu berbeda:
1 1. Mata Tuhan Yesus melihat individu
Berulang kali Alkitab mencatat ketika
Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya, Ia memanggil mereka dengan nama mereka,
sama seperti ketika Allah memanggil para nabi-Nya secara pribadi. Matius
berarti Hadiah dari Tuhan (Gift of God), Matius sedang direstorasikan ke arti
nama-Nya untuk dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan.
Di perikop sebelumnya, baru saja
dicatat bahwa orang banyak terpukau ketika melihat Yesus menyembuhkan orang
lumpuh. Pada kondisi demikian, gampang saja bagi Yesus untuk memilih orang
banyak itu semua atau sebagian menjadi murid-Nya, namun Ia berpaling dan
mengarahkan mata-Nya justru ke meja cukai. Ia tidak berurusan dengan massa
sebagai suatu abstraksi. Tuhan kita berurusan pribadi lepas pribadi sesuai
rencana-Nya, dan itu lebih menakjubkan lagi mengingat Dia adalah Allah pencipta
seluruh semesta. Ia mengenal segenap bala tentara malaikat. Ia juga mengenal
setiap kita secara pribadi. Pabrik yang memproduksi ribuan item pasti hanya
memberikan nomor kode produksi. Amazing bukan, di antara beratus-ratus juta
milyar ciptaan-Nya, Ia mengenal kita secara pribadi.
Alasan yang paling menghangatkan hati
kita adalah Ia bukan hanya Sang Pencipta, tetapi juga Bapa kita. Seorang Bapa
pasti mengenal setiap anak-Nya bukan? Di tengah pemberontakan kita, Ia masih
berkenan menyambut kita, anak terhilang, kembali masuk ke rumah Bapa. Matius
mungkin orang yang paling menghayati lagu “Why have you chosen me, out of
millions your child to be?” Apakah engkau semakin mensyukuri panggilan pribadi
yang Ia berikan padamu?
2 2. Mata Tuhan Yesus melihat nilai yang
sesungguhnya (the real value)
Mata kita – manusia berdosa – gampang
sekali tertipu oleh fenomena luar, kita melihat apa yg menempel di luar: merek
baju apa yang dipakai, mobil apa yang dikendarai, rumah di daerah mana, dan
sebagainya. Kita bukan menilai siapakah manusia itu sebenarnya.
Berbeda dengan mata Tuhan Yesus. Dia
melihat dengan sesungguhnya, sebagaimana apa adanya. Tidak ada fenomena luar
yang bisa menipu mata X-ray tersebut yang melihat hingga kedalaman hati
terdalam. Tuhan menilai kita sebagaimana kita diciptakan, bukan karena kita
lebih mempunyai kekayaan materi, lebih mempunyai pencapaian karir, lalu membuat
nilai kita bertambah atau berkurang. Tidak ada yang kita punya atau kita
lakukan dapat mengubah penilaian-Nya. Manusia melihat fenomena. Tuhan Yesus
melihat hati – esensi keberadaan kita.
Tuhan mengenal kita dari nilai yang
sesungguhnya. Nilai kita waktu kita diciptakan. Waktu penciptaan, manusia
adalah puncak dari segala ciptaan. mahluk yang paling mulia. Tetapi aneh kenapa
Tuhan memakai debu tanah yang remeh dan tidak bernilai untuk menjadikan
manusia? Bukankah sebagai makhluk yang mulia seharusnya Tuhan memakai bahan
baku yang paling berharga seperti emas dan permata? Tidak! Dari sini kita
mengerti, Tuhan mau kita melihat satu hal: kemuliaan manusia bukan dari emas atau
permata tetapi dari Tuhan memberikan nafas kehidupan bagi manusia.
Kita adalah peta dan teladan Allah
tetapi sejak Adam memberontak, kita semua telah menjadi peta teladan Allah yang
rusak, peta teladan Allah yang telah melawan Sang Pencipta. Itulah yang Tuhan
lihat pada manusia, baik dia seorang imam, orang Farisi, ahli Taurat, ataupun
seorang pemungut cukai. Mereka semua sama-sama orang berdosa yang memerlukan
penebusan dosa.
Orang Farisi marah ketika Yesus
menerima Matius karena mereka merasa mereka orang benar sedangkan pemungut
cukai adalah orang berdosa. Pemungut cukai dianggap sebagai pengkhianat bangsa,
pemeras sesama, singkatnya sampah masyarakat. Apa yang terlihat dari luar
sebagai sampah, bisa dilihat oleh Tuhan Yesus sebagai permata yang tersembunyi
dengan bungkusan kotoran sampah.
Pemungut cukai, orang gila, bagi orang
Yahudi sama tidak ada harganya. Di perikop sebelumnya masyarakat Gadara
mengusir Tuhan Yesus keluar dari daerah mereka karena 2.000 babi mereka (kalau
1 ekor babi seharga Rp. 2 juta, maka total kerugian sekitar Rp. 4M) terjun
bebas ke jurang. Tuhan Yesus melihat jiwa orang gila lebih berharga daripada
sekadar 2.000 babi! Dan Tuhan Yesus memilih 1 Matius menjadi murid-Nya
dibandingkan 2.000 orang Farisi lainnya pada saat itu. Tuhan memilih Matius
bukan karena apa yang ada padanya, demikian juga kita dipilih bukan karena apa
yang kita punya atau kita perbuat. Sepenuhnya adalah kedaulatan dan
anugerah-Nya semata. Soli Deo Gloria.
3 3. Mata Tuhan Yesus melihat potensi di
depan (what they will be in God’s hand)
Kita mungkin juga akan berpendapat dan
mencibir seperti orang-orang Farisi ketika melihat Tuhan Yesus memilih
murid-murid-Nya – para nelayan dari kampung Galilea, Matius si pemungut cukai,
Simon orang Zelot, Yohanes si anak kemarin sore bau kencur. Dream team-nya
Tuhan Yesus lebih mirip segerombolan pecundang kampungan. Apakah yang dilihat
Tuhan Yesus?
Salah satunya adalah bahwa para orang
Farisi ini melihat masa kini, Yesus melihat masa depan. Yesus melihat di masa
depan, kerajaan Romawi tidak bertekuk lutut oleh orang-orang Farisi atau oleh
pemimpin-pemimpin agama di Yerusalem, tetapi justru oleh para nelayan ini yang
akan menggoncang dunia. Yesus bisa melihat bahwa nanti banyak raja dan pemimpin
besar dunia berlutut di bawah tulisan-tulisan yang ditulis oleh orang-orang
pinggiran tadi.
Matius yang ahli tulis bon cukai
ternyata diubahkan oleh Tuhan untuk menulis Injil Matius. Markus yang
“dibuang" oleh Paulus ternyata kelak menulis Injil Markus. Yohanes si anak
kemarin sore, akhirnya dipakai Tuhan untuk menulis, ada lima kitab hasil
tulisannya di Perjanjian Baru. Mengapa Tuhan mau memakai para pecundang, mereka
yang dipandang sebelah mata di dalam masyarakat?
Rasul Paulus memberikan jawabannya di
dalam 1 Korintus 1:25-29: Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya
dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat
saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut
ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang
berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi
dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang
lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang
tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak
berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada
seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Tuhan mampu memakai siapa pun, apa pun
untuk kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus sudah menebusmu dengan hal yang paling
bernilai di seluruh jagad: dengan darah-Nya. Setiap orang yang ditebus Tuhan
berharga di mata-Nya.
Dengan tangan-Nya Ia mau membentukmu.
Dengan tangan-Nya Ia mau engkau menggali semua potensi dan talenta yang Ia
sudah berikan padamu. Maukah engkau menggalinya, mengembangkannya, dan
mengembalikannya bagi kemuliaan-Nya?