SIAPA BILANG ADIKSI NARKOBA TIDAK BISA SEMBUH TOTAL?
dr. Cleve Sumeisey, MARS,
DMin.
Sebagai
dokter saya setuju adiksi narkoba tidak ada obatnya. Pengobatannya hanya untuk
detoksifikasi dan mencegah serta mengobati penyakit ko-morbiditas seperti
hepatitis, Aids, pneumonia, sepsis, gangguan jiwa dan kematian. Namun ada kabar
baik bahwa, apabila seseorang ketergantungan narkoba dilayani secara holistik dan berkesinambungan, penderita dapat disembuhkan secara total. Hal ini dibuktikan dengan beberapa korban yang kami layani dapat bebas total dari narkoba.
Pelayanan
holistik yang dimaksudkan adalah pelayanan menyeluruh dan terintegrasi secara
medis, psikologis, psikiatris, sosial, dan rohani. Melalui pendekatan genetis
dan fenotip pada pribadi, lingkungan pergaulan, keluarga dan kehidupan rohani
penderita, maka penyebab dasar seseorang ketergantungan narkoba dapat dikenal
dan dipulihkan dengan pelayanan holistik dan berkesinambungan.
Adiksi
narkoba sulit dipulihkan karena diawali oleh kelainan genetik dan bila sudah
memakai mengakibatkan mutasi genetik yang semakin parah. Kelainan genetik
tertentu pada kepribadian seseorang yang membuat dia mudah jatuh dalam godaan
coba-coba, ingin diterima di lingkungannya, tidak peka dan tidak hati-hati
serta sikap pelarian yang salah dalam menghadapi masalah didalam keluarga dan
lingkungan sosialnya, menyebabkan ia memakai berulang-ulang dan akhirnya
tergantung. Memakai narkoba dalam hitungan 5 menit saja sudah dapat menyebabkan
mutasi gen! Inilah yang menyebabkan si korban terpaksa memakai lagi dan dengan
dosis yang lebih tinggi. Inilah masalah dasar yang merubah seorang pemakai
menjadi 'mutant' yang kebal dengan segala terapi dan nasehat.
Menurut
seorang profesor yang ahli dalam neurofarmakologi dan hasil riset dari Institut
Riset Scripps di California, USA, yang diumumkan pada tahun 2002, seperti
tulisan yang kami lampirkan dibagian akhir tulisan ini, bahwa pada saat
seseorang mengkonsumsi narkoba, obat itu bekerja di susunan saraf dan
menimbulkan efek 'senang bergairah' (“high”), namun disamping itu obat tersebut
memaksa gen pengatur 'kesenangan' alamiah untuk menyetop atau mengurangi
produksinya dengan bermutasi. Gen yang sudah bermutasi itu memberi kode kepada
sel saraf untuk menghasilkan suatu enzym misalnya FAAH, fatty acid amide
hydrolase yang bekerja untuk membuat tidak aktif 'hormon kesenangan alamiah'
dari otak. Artinya, hormon kesenangan yang dibuat oleh tubuh untuk menghibur
diri sendiri secara wajar berkurang, sehingga harus diganti dengan konsumsi
narkoba dari luar. Semakin berkurang hormon alamiah, maka semakin banyak dosis
narkoba dari luar yang dituntut. Inilah yang membuat ketergantungan dan dosis
pemakaian yang semakin meningkat. Jika tidak dihentikan, maka akan terjadi over
dosis dan kematian.
Ketergantungan
narkoba dapat disembuhkan secara total melalui pelayanan holistik dan
berkesinambungan. Sesuai pernyataan beberapa jurnal genetika dan kami percaya
bahwa masih ada apa yang disebut “back mutation”, mutasi kembali ke normal. Hal
ini tentunya dapat terjadi dengan penciptaan lingkungan (fenotip) yang normal
sehingga gen yang terkait (genotip) kembali berubah ke arah normal. Perubahan
ini tidak mudah dan tidak cepat sehingga perlu dilakuakn secara
berkesinambungan terarah dan terpadu. Lingkungan yang buruk merusak kebiasaan
yang baik, berarti lingkungan yang baik memperbaiki kerusakan! Makanan sehat,
cegah konsumsi naza (narkoba dan zat adiktif termasuk rokok, alkohol dsb),
membatasi makanan daging, lemak, garam dan gula, olah raga aerobik teratur,
pemulihan dan perbaikan lingkungan pergaulan, lingkungan sosial dan keluarga,
konseling psikologis dan psikiatris, serta penguatan akhlak dan nilai-nilai
keimanan, pelayanan doa dan pelepasan keterikatan narkoba yang dipandu oleh
para ahli dan rohaniwan sangat besar manfaatnya bagi pemulihan ketergantungan
narkoba.
_______________________________________________________________________
A
common mutation in a gene that controls the breakdown of the brain's natural
cannabinoids contributes to drug abuse and addiction, new US work suggests.
Scientists
at the Scripps Research Institute, California, questioned more than 1000 people
attending a medical clinic on their drug use, including use of nicotine and
alcohol. They found that people who reported abusing illegal drugs were four
times more likely to have two copies of the mutated gene than people without
drug or alcohol problems. About 3.7 per cent of the people in the study had
this double mutation, the team says.
The
gene encodes an enzyme called fatty acid amide hydrolase (FAAH). This enzyme is
responsible for inactivating endogenous cannabinoids - which act on the same
neuroreceptors as the psychoactive component of marijuana. Previous work has
suggested that the enzyme is involved in reward and addiction pathways in the
brain. The common mutation in the gene causes a build-up of natural
cannabinoids.
Roger
Pertwee, professor of neuropharmacology at Aberdeen University, suggests that
people with the mutated gene might need to take a greater amount of a
particular drug to achieve the same "high", because the neural
pathways the drugs act on are blocked by endogenous cannabinoids. But because
these people take more, they are more likely to class themselves drug abusers.
Genetic factors are estimated to
account for 40-60 per cent of the risk of drug abuse and addiction.
Narkoba
tidak dapat sembuh total menjadi 'stigma' dalam masyarakat dan korban sampai
saat ini. Sekarang adalah waktunya untuk lebih meyakini dan percaya bahwa masih
ada kesempatan untuk pulih total dari
narkoba. Selama masih ada Tuhan disamping kita yang selalu mengasihi dan
menunggu saatnya kita sadar dan mencari-Nya, dan sebagai tanggung jawab kita
untuk membantu menanggulangi masalah narkoba di 'negara darurat narkoba' ini,
marilah kita menciptakan suatu lingkungan hidup yang baik, tentram, damai
sentausa dan bebas narkoba.
Selamat Hari Anti Narkoba Internasional 26 Juni
2015.