MENGENAL PEKERJAAN DOULOS
Kerstin Froese, EFG Darmstadt, German
Liebe Doulos-Geschwister,
Liebe Doulos-Geschwister,
zu Eurem 40-jährigen Jubiläum gratuliere ich Euch von Herzen! Die Ausdauer, von der in der oben genannten Bibelstelle die Rede ist, habt Ihr wirklich in diesen 40 Jahren bewiesen. Auch in schwierigen Zeiten habt Ihr Euch nicht von Eurem Ziel abbringen lassen und habt immer wieder nach Gottes Willen gefragt und ihn dann auch
getan. Ich freue mich, dass ich seit 8 Jahren mit Euch verbunden sein darf und an mehreren Stop-out-Programmen teilnehmen konnte. Es begann im Jahr 2007, als ich beim ersten Stop-out auf Java und Kalimantan dabei war. Damals waren wir noch eine relativ kleine Gruppe. Unser Hauptschwerpunkt lag auf dem „Gabentest“ und Kinderprogramm und natürlich darauf, Euch und Eure Arbeit kennen zu lernen. Die Erinnerung an die Menschen in der Klinik in Batu, an die Gemeinden entlang des „Dschungelflusses“ auf Kalimantan und das kleine Dorf Kebon in Mitteljava kurz nach dem Erdbeben ist noch lebendig.
getan. Ich freue mich, dass ich seit 8 Jahren mit Euch verbunden sein darf und an mehreren Stop-out-Programmen teilnehmen konnte. Es begann im Jahr 2007, als ich beim ersten Stop-out auf Java und Kalimantan dabei war. Damals waren wir noch eine relativ kleine Gruppe. Unser Hauptschwerpunkt lag auf dem „Gabentest“ und Kinderprogramm und natürlich darauf, Euch und Eure Arbeit kennen zu lernen. Die Erinnerung an die Menschen in der Klinik in Batu, an die Gemeinden entlang des „Dschungelflusses“ auf Kalimantan und das kleine Dorf Kebon in Mitteljava kurz nach dem Erdbeben ist noch lebendig.
Mir liegt es nicht besonders gut, vor Menschen zu sprechen. Deshalb sagte ich schon am Anfang zu Brunhilde: „Du redest und ich bete.“ Das hielt ich für eine gute Arbeitsteilung, die unserem Naturell entgegen kommt. Da hatte ich allerdings die Rechnung ohne Ita gemacht, die eines Abends während einer Autofahrt spontan sagte: „Du predigst morgen, OK?“ Mit Gottes Hilfe und Hendrinas guter Übersetzung habe ich dann tatsächlich eine Mini-Predigt gehalten. Ich habe gelernt, es ist gut, sich auch mal herausfordern zu lassen.
Die nächsten Stop-out-Reisen gingen auf die Molukken, nach Bali, Mitteljava und Sulawesi. Wir haben jetzt schon so viele schöne Orte Eures beeindruckenden Landes gesehen und überall sehr herzliche Menschen getroffen. Die Teilnehmer von Doulos am Stop-out schienen von Mal zu Mal mehr zu werden und auch der Dienst weitete sich aus, so dass bei den letzten Reisen z. B. auch ein medizinischer Dienst für die arme Bevölkerung angeboten werden konnte. Die verschiedenen Programme fanden teilweise gleichzeitig statt. So wurde an einem Ort ein Erweckungsgottesdienst gehalten, während an einem anderen Ort in der Schule ein Seminar über Drogen angeboten wurde. Woanders lief parallel zum medizinischen Dienst ein Kinderprogramm mit biblischer Geschichte.
Alle Mitarbeiter von Doulos sind mit vollem Einsatz dabei: als Reisekoordinatorin, Prediger, Köchin, Seminarleiter, Arzt, Fahrer, Beter, Lobpreisleiter, Kindermitarbeiterin, … Jeder bringt sich seinen Gaben gemäß ein. Alle haben das Ziel, die christlichen Gemeinden in den einzelnen Orten, die wir besuchen, zu unterstützen und die Liebe Jesu auf vielfältige Weise zu den Menschen zu bringen. Es ist eine Bereicherung für mich, immer wieder mal für ein paar Wochen im Jahr in dieser Gemeinschaft dabei zu sein.
Für die nächsten 40 Jahre und darüber hinaus wünsche ich Euch Gottes reichen Segen und seine Führung in allem, was Ihr tut.
„Ich habe die feste Zuversicht, dass der, der in euch das gute Werk angefangen hat,
es auch vollenden wird bis zum Tag Christi Jesu.“
Filiper 1:6
Herzliche Grüße
Kerstin Froese, Evangelisch-freikirchliche Gemeinde Darmstadt , Deustchland
Mengenal Pekerjaan Doulos.
“Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.…..Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mukjizat-mukzijat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.” (Ibrani 2:1, 4) Saudara-saudari Doulos yang terkasih. Atas ulang tahun Doulos yang ke 40 saya ucapkan selamat dari hati. Ketekunan seperti apa yang dikatakan dalam ayat Alkitab di atas telah Doulos buktikan di tahun yang ke 40 ini. Juga dalam masa-masa yang sulit tidak membuat saudara-saudara menjauh bahkan menghindar dari tujuan kalian dan selalu bertanya menurut kehendak Tuhan dan melakukan seperti kehendak Tuhan juga.
Saya senang, bahwa saya mempunyai ikatan dengan saudara-saudara di Doulos sejak 8 tahun yang lalu dan bisa berpartisipasi dalam program Stop-Out lebih banyak lagi. Dimulai pada tahun 2007, ketika saya pertama kali berpartisipasi dalam program Stop-Out di pulau Jawa dan Kalimantan. Pada saat itu kita masih grup yang relatif kecil. Fokus utama kita adalah “Gabentest” (test kemampuan/bakat) dan program anak-anak dan tentunya juga untuk saling mengenal dan mengenal pekerjaan Doulos. Kenang-kenangan akan orang-orang di klinik Batu, jemaat sepanjang “Dschungelfluss” (sungai di hutan rimba) di Kalimantan dan sebuah halaman kecil di Kebon, Jawa Tengah singkat setelah terjadinya gempa bumi, masih segar dalam ingatan.
Bagi saya sangatlah sulit untuk berbicara di depan orang banyak. Oleh karena itu saya sudah mengatakan kepada Brunhilde dari awal, bahwa dia yang berbicara dan saya yang berdoa. Hal ini saya anggap sebagai pembagian tugas yang adil dan sesuai dengan karakter kami masing-masing. Namun perhitungan ini saya buat tanpa sepengetahuan Ita sebagai koordinator program Stop-Out, dimana pada malam itu saat sedang dalam perjalanan, dia secara spontan berkata: “Kerstin yang membawakan khotbah besok, ok?” Dengan bantuan Tuhan dan terjemahan bagus dari Hendrina saya secara nyata telah membawa sebuah khotbah kecil-kecilan. Dari peristiwa ini saya belajar, bahwa adalah baik juga bila terkadang diri sendiri ditantang untuk melakukan lebih dari yang dirasakan mampu untuk dilakukan.
Stop-Out selanjutnya ke Maluku, Bali, Jawa Tengah dan Sulawesi. Kami sudah banyak melihat tempat-tempat yang mengesankan di Indonesia dan di semua tempat yang dikunjungi, kami bertemu dengan orang-orang yang sangat ramah. Peserta dari Doulos dalam program Stop-Out nampak dari waktu ke waktu bertambah dan pelayanannya berkembang, sehingga pada perjalanan terakhir, contohnya sebuah pelayanan medis bisa ditawarkan untuk penduduk miskin. Program yang berbeda berlangsung secara terpisah dalam waktu yang bersamaan. Jadi sebuah tempat bisa mendapatkan sebuah kebaktian kebangunan rohani, sementara di tempat lain misalnya di sekolah dapat dilangsungkan sebuah seminar yang membahas soal ketergantungan obat terlarang. Sementara di tempat lain lagi berjalan secara paralel sebuah pelayanan medis untuk anak-anak dengan cerita-cerita Alkitab.
Semua rekan-rekan dari Doulos bertindak dengan sungguh-sungguh: sebagai Koordinator perjalanan, pengkhotbah, koki, pemimpin seminar, dokter, supir, pendoa, pemimpin pujian, pendidik anak, masing masing membawa bakatnya yang sesuai. Semua mempunyai tujuan, untuk mendukung semua jemaat Kristen di setiap tempat yang sudah dikunjungi dan untuk membawa dan menunjukkan kasih Yesus dengan cara yang bervariasi kepada sesama. Adalah sebuah hal yang memperkaya bagi saya untuk berada di tengah-tengah jemaat ini beberapa minggu dalam setahun.
Untuk 40 tahun yang akan datang dan seterusnya, harapan dan Doa, Tuhan memberkati dengan melimpah dan tuntunan-Nya ada dalam segala hal yang kalian lakukan.
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu dia, yang memulai pekerjaan yang baik diantara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.“
(Filipi 1:6)
Salam hangat,
Kerstin Froese, Evangelisch-freikirchliche Gemeinde Darmstadt, Jerman